![]() |
Source : Pecinta Kaldera |
Rencananya sih mau upacara puncak, eh tapi gagal...
Salah satu pilihan terbaik untuk merehatkan sejenak tubuh dari padatnya aktivitas bisa dilakukan dengan mendaki gunung.
Ketika kamu mendaki gunung, itu tandanya kamu sepakat untuk menjamah tempat yang mungkin kurang diketahui asal-usulnya serta paham akan resiko yang akan dihadapi.
Apakah pernah diadakan ritual di gunung tersebut? Kasus pembunuhan? Atau hal lain yang serupa.
Meskipun begitu, kamu bisa kok memilih bulan-bulan tertenu yang tidak terlalu "Menyeramkan". Sehingga resiko yang kamu hadapi akan semakin kecil.
Menarik untuk baca: Persiapan Mendaki Gunung yang Menentukan Nyawa Kamu!
Salah satunya mungkin pada bulan Agustus. Bulan Agustus adalah bulan istimewa bagi bangsa Indonesia, karena di bulan ini kita terlepas dari belenggu penjajahan.
Tepatnya pada tanggal 17 Agustus Indonesia mengumumkan pada dunia kemerdekannya.
Berbagai cara dilakukan untuk ikut serta memeriahkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Salah satunya dengan upacara puncak.
Tepat pada tanggal 16 Agustus 2018, saya dan seorang sahabat bernama Prima memutuskan untuk melakukan pendakian ke Gunung Slamet dengan tujuan melaksanakan upacara kemerdekaan di Puncak Gunung.
Sebuah perencanaan pendakian

Prima dan saya dipertemukan dalam wadah Siswa Pecinta Alam Purbalingga (Apela). Ia merupakan seorang anak manusia dengan tinggi yang cukup untuk menarik hati kaum hawa.
Selain itu, ia juga dianugerahi kondisi fisik yang luar biasa dan selalu tampil dengan keadaan prima, sesuai dengan namanya.
Paras wajahnya cukup. Tidak terlalu tampan, tidak juga memalukan jika diajak ke kondangan mantan.
Rencana kami untuk mendaki dan melaksanakan upacara puncak terbilang cukup mendadak, H-3 kami baru merencanakannya.
Bermodalkan alat sederhana dan budget pas - pasan khas anak SMK kala itu, kami sepakat untuk mendaki bersama.
Jarak antara basecamp Bambangan dari rumah saya tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu 45 menit ditempuh menggunakan kendaraan roda dua.
![]() |
Gagahnya Gunung Slamet |
Sesampainya kami di basecamp Bambangan, saya bergegas pergi ke kamar mandi untuk memenuhi panggilan alam yang sedari tadi ditahan.
Hasrat Prima untuk segera melakukan pendakian kian tak terbendung, selepas saya memenuhi panggilan alam.
Ia dengan santainya ngemil sembari menarik panjang rokok yang ada ditangannya seolah penuh masalah, akan tetapi segala keperluan mendaki sudah tertata rapih di tas carrier tua itu.
"Yok cabs lif!" ajaknya dengan penuh semangat 45"Nanti dulu lah bos, belum packing gua. Baru aja balik dari kamar mandi" balas saya sembari merapihkan perbekalan
Selepas semuanya beres, kami berencana untuk sarapan di pos 1 jalur pendakian Slamet via Bambangan, belum sampai ditempat tujuan kami sarapan, perut sudah keroncongan.
Perut yang keroncongan membuat kami lemas gemulai tanpa tenaga persis ketika saya diputuskan dahulu waktu SMP.
Tangan yang masih blepotan, ditambah mulut yang terus mengunyah. Lewatlah satu rombongan beranggotakan 4 perempuan dan 2 laki-laki.
Pertemuan dengan pendaki asal Cilacap
![]() |
Ilustrasi bertemu dengan pendaki asal Cilacap |
Rombongan itu menyapa kami dengan penuh hangatnya. Dengan penuh susah payah kami menyemangati rombongan itu, begitupun sebaliknya.
Tak lengkap rasanya, jika tidak menikmati isapan rokok penuh penyesalan sehabis makan. Seberes makan dan memastikan tidak ada sampah yang tertinggal kami-pun melanjutkan perjalanan.
Sebelum sampai pos bayangan kami bertemu lagi dengan rombongan tadi yang ternyata berasal dari Cilacap. Setelah bincang singkat, kami memutustukan untuk mendaki bersama.
Selain menambah kenikmatan yang menyusahkan, rombongan itu juga mendaki tanpa persiapan.
Coba kamu bayangkan, dengan jumlah 6 anggota mereka hanya berbekal air minum sebanyak 6 botol ukuran 1,5 L dan mie instan untuk menambah tenaga. Betapa nekatnya mereka.
Singkatnya kami bergabung dan menjadi satu rombongan besar berjumlah 8 orang.
Di sela-sela istirahat saya meminta mereka untuk menambah lagi perbekalan air dengan membeli dari warung yang ada di pos 1 itu.
Masalah logistik mereka kita bisa berbagi dan memikirkan cara agar menjadi lebih bergizi. Selepas membenahi packing mereka yang ngawur juga, kami melanjutkan perjalanan.
Baca Juga: Rekomendasi Logistik yang Bergizi
Kami berjalan dengan perlahan, menikmati indahnya perjalanan sembari mengatur tempo pendakian.
Ketika kami sampai di pos 3 keadaan sudah gelap, melihat kondisi teman-teman yang sudah kelelahan dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan.
Akhir kami memutuskan untuk bermalam di pos 3.
Sebelum mendirikan tenda, kami berleha-leha sejenak menghilangkan penat setelah sekian jam berjalan.
Ada yang ngemil, ada yang ngerokok, ada pula yang gak jelas jalan mondar-mandir. 4 orang srikandi dari rombongan kami terlihat sangat kecapean.
Kesurupan di pos 3 gunung slamet via bambangan
Kami para lelaki membiarkan mereka beristirahat sejenak dengan pulasnya, sembari kami mengumpulkan kembali niat untuk mempersiapkan kemah.
Namun, selang beberapa saat srikandi itu mulai menunjukan kejanggalan. Mengigo, kedinginan, dan badan kaku.
Hal tersebut membuat kami panik sekoyong-koyong, kami segera berkumpul untuk berusaha menyadarkan dia secepatnya. Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Agar kerja kami jau lebih efektif dan efisien, kami membagi-bagi tugas.
Saya dan dua laki-laki asal cilacap mendirikan tenda, sedangkan prima dan para srikandi berusaha untuk menyadarkan dia yang kian mengkhawatirkan sembari membuatkan minuman hangat.
Selang beberapa saat, kami bertemu dengan salah seorang senior yang ada di wadah Siswa Pecinta Alam Purbalingga.
Akhirnya, mereka berdua (Prima dan Yogi) berjibaku untuk menyadarkan srikandi tadi itu.
Segala treatment mengatasi hiportemia sudah diberikan. Akan tetapi, tidak ada reaksi yang terjadi atau mengarah ke yang lebih baik. Kami hampir putus asa kala itu.
Entah dari mana datangnya ide untuk mencoba membacakan ayat kursi di bibir telinga srikandi itu. Ketika ayat suci Al-qur'an dilantunkan tepat di bibir telinga, ia bereaksi.
Kami bingung sekaligus senang. Apa yang dipikirkan oleh prima bahwa ia bukan terkena hipo, melainkan kerasukan benar adanya.
Yogi dan Prima yang lebih memahami keadaan si perempuan itu menangani lebih intensif, saya dan yang lainnya membantu sebisa mungkin.
Hal yang membuat suasana semakin mencekam adalah ketika kami memperhatikan tangannya yang mulai kaku dan ia berbicara dengan nada penuh amarah khas lelaki tua.
Serak, berat, dan menekan. Rasa takut kami terkalahkan oleh rasa khawatir akan keselamatan dia, perlu waktu yang cukup lama untuk mengetahui dari mana jin itu masuk dan mengikuti dia.
Ketika dialog panjang Yogi dengan si perempuan itu menuai titik terang, akhirnya Yogi bisa menemukan sumber yang menyebabkan si perempuan kerasukan.
Ternyata sumbernya berasal dari cincin yang ia kenakan. Saya, Yogi, dan Prima kebibungan, bagaimana bisa cincin yang indah itu mampu menarik perhatian 'bangsa yang tak terlihat' ?
Mungkin kebingungan yang terlukis oleh wajah kami sangat jelas, sehingga direspom oleh teman-temannya dengan sebuah narasi penjelasan. Mereka saling dorong untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Karena sudah menyangkut keselamatan si perempuan, membuat mereka buka suara.
" Jadi gini mas, mbak A itu ada yang suka sama dia. Tapi mbaknya ndak suka, jadi si cowo itu menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Termasuk menggunakan ilmu-ilmu yang gak jelas aturannya" ujar salah seorang srikandi yang ada di rombongan kami" Tapi kok sumbernya dari cincin mbak ? " tanya saya penuh rasa penasaran" Oooh, masalah cincin itu. Karena si cowo itu menggunakan ilmu-ilmu yanh ndak jelas, maka si mbak A dibawa ke orang pinter. Untuk menangkal serangan dari si cowo mbak A dikasih cincin yang berisi mahluk yang lebih kuat dari yang digunakan si cowo itu mas " ujar srikandi itu dengan terbata-bata
Orang Jawa memang masih terkenal dengan kebudayaan dan keyakinan akan hal-hal yang seperti itu. Penjelasan tadi menenangkan kami dan membuat kami lebih waspada kepada mbak A.
Dari Skeptis, Jadi Percaya Setan
Antisipasi agar hal yang seperti tadi tidak terjadi lagi.
Saya yang awalnya kurang percaya terkait setan dan kisah mistis lainnya, seolah dibuktikan bahwa kita itu hidup berdampingan.
Mendekatkan diri kepada sang pencipta serta melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangannya wajib dilaksanakan.
Hal itu bukan tanpa sebab, tentunya sebagai wujud ketaatan kita kepada sang pencipta dan senantiasa diberikan perlindungan-Nya dari segala marabahaya.
Puncak Slamet 17 Agustus |
Singkatnya kami melanjutkan kembali perjalanan di esok hari dengan tujuan puncak surono. Setelah puas melakukan ritual-ritual yang lazim dilakukan demi update sosial media pribadi.
Kami semua-pun melakukan perjalanan turun menuju basecamp Bambangan yang sudah menanti. Perjalanan turun kami tidak mengalami hal-hal yang aneh-aneh lagi semua berjalan normal dan aman.
Sesampainya di basecamp Bambangan kami melihat lagi satu perempuan yang katanya ngigo dan menunjukan gejala hipo sedari berada di pos bayangan pendakian.
Teman perempuan itu bercerita kepada Saya dan Prima bahwa sudah melakukan berbagai macam treatment untuk menyembuhkan dia dari penyakit hipo. Seketika Saya dan Prima saling lirik.
"Kayaknya ada yang nggak beres deh mas, coba masnya bacain ayat kursi di deket telinga mbaknya mass..." kata Prima penuh harap."Baik mas" balas teman si mbak.
Kemudian, mbak-mbak tersebut menunjukan reaksi yang sama persis dengan mbak A sewaktu berada di pos 3 kemarin.
Tak lama setelahnya lewat bapak-bapak, dan kemudian bertanya ada apa. Setelah kami menjelaskan secara singkat kondisinya, mbak-mbak tersebut langsung ditangai dengan intens oleh bapak-bapak itu.
Si bapak terlihat sedang melantunkan sesuatu tapi tidak keras, jadi kami hanya bisa melihat dan berharap semoga mbaknya bisa disembuhkan.
Setelah selesai melantunkan dan mengusapkan tangannya ke tangan dan muka mbaknya. Alhamdulillah mbaknya sadar dengan penuh kebingungan.
Karena kami mengerumuni mbak itu, dan langsung dipeluk oleh teman-temannya yang lain.
Semenjak kejadian ini saya jadi percaya bahwa kita hidup berdampingan dan harus saling menghormati.
Sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa dihindari --yang harus dipercaya adalah kita punya Tuhan yang maha Menciptakan. Jangan menyekutukan-Nya apalagi meremehkan kuasanya.
Udah dulu ceritanya yaa … Masih banyak cerita lainnya dari Insanus Mlaku yang gak kalah seru dan menarik. Yuk eksplore bareng.
See you!
0 Komentar
Bagaimana petualangannya?