![]() |
Team nganter iban "Nyusahin !" |
Pendakian terparah yang pernah saya alami sepanjang hidup! - Gunung Gede
Perencanaan & Persiapan
Kalo Ada yang Gratis Ngapain Harus Nyewa?!
- Beras secukupnya
- Kriyikan (semacam kripik2 gitu deh)
- Sop-sopan
- Bumbu sop
- Melon 3 buah ukuran kecil
- Kopi susu
- Teh
- Gula
- Nutrijel
- Air mineral 1500ml 8 buah
- Mie 4 buah
Perjalanan Menuju Basecamp
Betul kan perkiraan saya...
Trekking ke Surya Kencana
Menurut kalian apa sih yang paling khas dari gunung Gede ?
bagi kami saat itu adalah padang savana yang membentang luas. Padang savana ini
juga dikenal dengan sebutan Surya Kencana, jika kalian beruntung kalian bisa
menikmati bunga Edelwise yang sedang bermekaran.
Tujuan utama kami juga untuk camping di Surya Kencana. Oiya,
sama satu lagi, membuat hati Iban berbunga-bunga. Demi memiliki pengalaman
menarik selama camping di Surya Kencana, kami memulai pendakian sekitar jam
08.00 pagi. Dari basecamp menuju pos registrasi membutuhkan waktu sekitar 10-15
menit.
Setelah kami sampai di pos registrasi, kami diharuskan
melakukan ceklist pada perlengkapan yang kami bawa selama mendaki nantinya. Ada
barang yang boleh dibawa mendaki, dan ada juga barang yang tidak boleh dibawa,
seperti tissue basah.
Alam membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengurai
selembar tissue basah, untuk menjaga alam beserta kehidupannya. Kita sebagai
pengunjung harus taat yaa…
Kami berjalan perlahan namun pasti, setelah beberapa menit
jalan kita berhenti karena Iban kecapean. Belum lama kaki ini melangkah dari
tempat peristirahatan tadi, kami kembali beristirahat. Awalnya ritme mendaki
kami seperti itu, tak apa lah. Perlahan namun pasti, asalkan semuanya selamat.
Pada akhirnya kami sampai di pos bayangan 1, pada titik ini handphone kami masih mendapatkan sinyal.
Kami memanfaatkannya untuk melakukan panggilan vidio untuk meledek teman yang
tidak jadi ikut mendaki. Maklum lah, jiwa menindasnya masih kuat. Hehe.
Sembari meledek teman yang labil, beberapa diantara kami
juga memasak air untuk menyeduh minuman hangat yang akan menemani istirahatat
kami. Sialnya, kompor yang kami bawa memiliki sedikit kendala di bagian
pengatur besar-kecilnya api.
Buat masak air aja lama banget apalagi nanti ketika kita
masak-masak sewaktu camp. Hmm,
sungguh terbayang apa yang akan terjadi nantinya. Akan tetapi, kami bisa
berusaha untuk meminjam kompor kepada pendaki lain. Sedikit tenang rasanya,
meskipun ini merupakan salah satu kesalahan yang sangat fatal.
Coba bayangkan, jikalau nanti ternyata di Surya Kencana
sepi. Apa yang bisa kami lakukan ? hanya ada 2 pilihan, kami harus turun atau
kami memaksakan diri dengan konsekuensi kami harus paham sedikit-banyaknya
tentang survival. Agar keselamatan kami semua bisa lebih terjamin.
![]() |
Masak di pos bayangan 1 dengan kompor yang trouble |
Pos 1, pos 2 terlewati tanpa adanya kendala yang berarti. Nah,
ketika kami akan menuju pos 3. Rasanya badan kami sudah sangat lelah untuk
melanjutkan perjalanan dan kami banyak beristirahat. Di pertengahan jalan menuju
pos 3, Saya, dan Iban melanjutkan perjalanan berdua. Faizi, Angger, dan Agil
mau memejamkan mata dulu sebentar katanya.
Kurang lebih 1 jam waktu yang Saya dan Iban butuhkan untuk
mencapai pos 3 sesuai dengan janji kami yang akan bertemu dan saling menunggu
di pos 3. Ketika sampai di pos 3, Iban langsung mengistirahatkan seluruh
badannya yang nampak jelas kelelahan.
Disisi lain saya mengeluarkan kompor dengan niat untuk memasak
air dan bikin teh manis hangat. Sial memang, saya lupa kalau gas portable kami
ada di tas Faizi. Jadinya nunggu dulu deh. Sembari menunggu mereka, saya
menyalakan rokok dan mengisapnya dalam-dalam. Sementara iban, asyik mengambil
gambar menggunakan kamera DSLRnya.
Jujur saja, dahulu kala ketika melihat pendaki yang membawa
kamera DSLR atau apapun jenisnya, saya merasa “pasti keren foto-fotonya,
apalagi kalau saya yang menjadi objek foto. Keren abis deh, gokill”. Mungkin perasaan
itu dimiliki juga oleh sebagian besar pendaki.
Ketika Iban, tengah asyik mencari objek untuk difoto. Ada 2
pendaki asal Surabaya, mas Berry dan Mas Akbar. Mereka memiliki tingkat
kepercayaan diri yang baik. Dengan tiba-tiba mereka meminta Iban untuk
memfotonya. Nah, untuk memudahkan transfer
file hasil foto, saya dan mas Berry bertukar kontak. Karena kalian sudah
tahu, Iban pasti menolak kalau kontaknya yang diberikan!
Kemudian terlihat ketiga teman yang “tidur dulu” di bawah,
saya langsung menghampiri Faizi untuk mengambil gas portable kami agar saya
segera membuat teh hangat untuk teman merokok. Hehe.
![]() |
Pendaki asal surabaya mas Berry dan mas Akbar |
Setelah dirasa cukup tenaga untuk melanjutkan perjalanan
menuju Surya Kencana, kami-pun melanjutkan perjalanan. Sementara mas Akbar dan
mas Berry sudah lebih dulu meninggalkan kami. Perjalanan kami menuju Surya
Kencana tidak mengalami suatu kendala apapun. Ritme pendakian sudah berhasil
diciptakan, kondisi fisik-pun cukup pulih.
Singkatnya, kami tiba di Surya Kencana jam 17.00. Setelah
kami memperoleh lokasi yang cantik di SURKEN, saya menggelar tikar lipat untuk
alas kami duduk sembari memakan melon ditemani minuman hangat. Sungguh nikmat
tuhan mana lagi yang kau dustakan ?
Bagi kalian yang pernah mendaki gunung Gede via Putri, tahu
kan gimana trek yang harus dilalui
dari pos 3 hingga ke SURKEN. Cukup berat bukan ?
Perjalanan yang cukup panjang tersebut membuat kami cukup
banyak kehilangan tenaga, dan obatnya adalah kami harus memakan sesuatu untuk
mengisi perut agar suhu tubuh kami tetap normal dan terhindar dari bahaya
Hipotermia. Maklum saja, suhu di SURKEN bisa dibilang sangat dingin.
Karena kompor kami rusak dan pastinya membutuhkan waktu yang
lama untuk bisa menikmati mie. Karena sangat tidak mungkin untuk memasak nasi. Pastinya
waktu kami akan terbuang banyak, belum mendirikan tenda.
Latar belakang tersebut yang menggerakan agil mengeluarkan
uang untuk membeli nasi bungkus dan popmie di salah satu warung yang ada di
SURKEN. Harganya lumayan juga, berikut daftarnya :
- Nasi bungkus 3 @10,000
- Popmie 1 @15.000
- Gorengan @25.000
Gorengan yang kita beli dengan harga Rp. 25.000 ternyata
isinya dikit banget, harga satuannya kalau gak salah Rp. 3.000, jadi kami hanya
memiliki 9 gorengan. Itupun karena kebaikan hati pemilik warung. Meskipun kompor
kami rusak, setidaknya kami masih bisa memasak air untuk membuat minuman
hangat.
Tapi sedari awal kami sampai, hingga selesai menikmati hidangan
yang kami beli dari warung terdekat. Air yang kami masak tak kunjung matang,
gregetan dengan kondisi ini. Saya berkeliling berharap ada pendaki yang berbaik
hati meminjamkan kompornya. Alhamdulillah, kami mendapatkan pinjaman kompor
juga.
![]() |
Makan di SURKEN |
Setelah kami selesai menyantap kudapan hasil beli di warung
terdekat dan melaksanakan ibadah salat dzuhur-ashar, kami langsung bergegas
untuk mencari tempat camping. Karena kami beranjak pada jam 18.00, sumber
pencahayaan-pun kami keluarkan.
Ketika kami sudah menemukan lokasi yang dianggap cukup
strategis untuk camping, masalah kembali datang kepada kami. Tenda yang kami
sewa masih dalam keadaan sedikit basah, dan parahnya lagi ketika hujan mulai
turun pintu tenda tidak bisa ditutup karena resleting yang rusak. Agar tidak
terlalu dingin, kami menggunakan jarum jahit yang ada di carrier Faizi.
Pada awalnya semua masalah karena tenda bisa kami atasi,
akan tetapi ketika hujan mulai deras tenda kami ikut kuyup dan rembesan air
membasahi tenda.
Coba kalian pikir, bagaimana kami bisa beristirahat dengan nyaman untuk summit attack esok hari, jika kondisi dalam tenda basah kuyup ?
Salah satu cara yang bisa lakukan adalah mengorbankan jas
hujan kami untuk menutupi bagian luar tenda, dengan harapan mampu mengurangi
rembesan air yang ada. Disisi lain, kami juga berharap agar esok hari sewaktu
turun cuaca bisa bersahabat dengan kami.
Pada akhirnya semua masalah teratasi dan kondisi tenda “terbagus” yang ada di SURKEN adalah
tenda kami. Penuh hiasan jas hujan dibagian luarnya. Jika kalian mendaki gunung
Gede di tanggal 22-24 Desember 2018 dan melihat tenda paling “bagus” tersebut, itulah tenda kami.
Kesalahan fatal yang saya lakukan adalah tidak mengecek
tenda yang saya sewa terlebih dahulu. Saya seolah terbuai dengan rayuan manis
si penjaga toko tempat kami menyewa tenda. Alhasil, segala masalah terkai tenda
harus kami rasakan. Nasib malang…
Perjalanan Menuju Puncak Gede
Pagi harinya, kami ber-empat melanjutkan perjalanan menuju
puncak gunung Gede. Tepatnya pada pukul 08.00, Saya, Angger, Agil dan Iban
melakukan trekking menuju puncak
gunung Gede. Sementara Faizi memilih menetap dalam tenda dengan alasan sudah
pernah sampai puncak jadi kurang tertarik lagi.
Waktu normalnya untuk bisa sampai puncak dari Surya Kencana
adalah 1 jam’an, bahkan beberapa teman yang kerap mendaki berhasil menempuhnya
dalam waktu 30 menitan aja. Trek yang akan kita lalui sebetulnya tidak terlalu
berat jika dibandingkan dari pos 3 menuju Surya Kencana.
Akan tetapi sebatas ingatan saya, kami memerlukan waktu 2,5
jam untuk bisa sampai puncak. Karena beberapa titik di jalur menuju puncak Iban
sempat kehilangan motivasinya untuk melanjutkan perjalanan.
![]() |
pikiran dia aja ban biar semangat ! |
Untuk mengembalikan kembali motivasinya, kami
menyemangatinya dengan alasan awal kenapa ia mendaki gunung. Alasan terselubung
Iban untuk mendaki adalah menyamai kegemaran dengan salah satu senior yang ia
cintai, dan alasn tersebut hanya kami saja yang tahu. Sekarang, kalian semua mengetahuinya. Maafkan saya karena telah membongkarnya :)
Pikirin abang inisial 'B' aja ban, biar semangat
Meskipun telah kami semangati, terkadang ia masih
mengeluhkan rasa capeknya dan meminta untuk turun. Lambat laun kami memecah tim
menjadi dua, Saya-Iban dan Agil-Angger. Singkatnya, Saya-Iban sampai di puncak
jam 10.30 sedangkan Agil-Angger 30 menit lebih awal.
Apasih kegiatan yang paling kalian sukai ketika di Puncak
Gunung ?
Kalau kami hanya melakukan kegiatan yang umum terjadi di
puncak gunung. Berfoto ria, menikmati minuman hangat dan beberapa camilan,
serta memandangi keindahan alam ciptaan Tuhan yang sangat megah itu.
Setelah kami puas dengan kegiatan tersebut, kami memutuskan
untuk kembali ke tempat camp-makan-beberes-turun. Begitu rencana kami. Ketika turun,
waktu yang kami butuhkan juga tidak terlalu lama, sekitar 15 menitan.
Dipertengahan jalan menuju lokasi tenda paling “bagus” se-Surya Kencana, kami
dipertemukan lagi dengan dua pendaki asal Surabaya yang sempat kami temui di
pos 3. Kami-pun berfoto bersama dan kalian tahu, mereka masih berusaha untuk
mendapatkan kontak Iban.
Sesampainya di tempat camp, saya langsung berjalan mengitari
tenda-tenda apik di Surya Kencana sembari berharap mendapatkan pinjaman kompor
untuk masak, dan alhamdulillahnya saya mendapatkan pinjaman kompor. Sehingga kami
bisa memasak logistik yang telah kami bawa.
Pertama kali yang kami buat adalah, kopi dan teh. Kemudian nasi,
sop, dan mie sebagai makanan penambah tenaga kami untuk turun nantinya. Seberes
kami makan, kami istirahat sebentar, dilanjutkan dengan packing-packing santai,
kemudian pulang.
Pada saat perjalanan pulang menuju basecamp, kami sempat
terpisah lagi di pos 4. Saya-Iban, dan Agil-Faizi-Angger. Perjalanan pulang
bisa dibilang cukup lancar, cuman jalanan cukup licin sehabis di guyur hujan
ringan yang membuat kami harus lebih waspada agar tidak tergelincir.
Sesampainya Saya-Iban di pos 3, kami menunggu mereka selama
20 menitan, dan 20 menit berlalu mereka tak kunjung terlihat. Jadi kami
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan menunggu mereka di pos 1. Ketika kami
sampai di pos 1 hari sudah mulai gelap, kami menunggu ceman mereka. Berharap ketika
sudah benar-benar gelap kita semua sudah berkumpul.
Selang 30 menit dari kami sampai di pos 1 mereka terlihat,
ingin rasanya kami segera melanjutkan perjalanan. Tapi, kami harus menunggu
beberapa saat karena bertepatan dengan azan maghrib yang dikumandangkan.
Singkatnya, kami sampai di basecamp jam 19.00, dan saya
langsung mengambil tenda yang kami sewa dan mengembalikannya disertai protes
ringan. Mungkin lagi apes aja, orang yang saya temui ketika mengembalikan tenda
berbeda. Sehingga respon yang dikeluarkan dari protes saya hanya “gak tau mas,
maaf yaa”. Hmm…. Ya sudah lah yaa..
Total Pengeluaran Selama ke Gunung Gede
- Simaksi 65.000 x 5 orang (via calo, jangan ditiru)
- Patungan logistic 35.000 x 5 orang
- Makan di basecamp total 45.000
- Parkir 3 motor 60.000
- Jajan digunung 150.000
Saran
Sebaiknya jika persiapan kita mendaki gunung kurang matang,
alahkah lebih baiknya hasrat mendaki ditunda terlebih dahulu. Toh, lokasi
gunung juga tidak pindah. Jika kita masih memaksakan untuk mendaki yang
dikhawatirkan kalian akan merasakan hal yang sama dengan saya. Banyak masalah
yang dihadapi.
Kami patut bersyukur, karena dengan segala masalah yang kami
alami. Kami tidak mendapatkan masalah yang sangat parah atau meregang nyawa.
Berdasarkan mitos orang-orang Jawa zaman dulu, ketika kita memiliki keingan untuk mendaki dan mengalami hambatan yang banyak sebelum mendaki. Mungkin memang kita belum di izinkan untuk mendaki, jadi lebih baik ditunda dulu daripada harus merasakan hal-hal yang tidak diinginkan.
8 Komentar
Mantap yoo
BalasHapusMakasih mas
HapusSangat memotivasi ekekek
BalasHapusHehehe. Terimakasih mas
HapusAsik banget pengalamannya, tapi bener banget, sesuatu yang dipaksakan itu tdk baik
BalasHapusiya mas hehe, sekedar share pengalamaan, semoga bisa diambil hikmahnya. Salam Mlaku !!
HapusCuman mau nanya kalo lewat biro jasa a.k.a c4l0 dibuatin simaksi juga kah?
BalasHapusiyaa mas, semua urusan udah aman. Alias kita terima jadi aja.
HapusBagaimana petualangannya?