hutan sebagai tempat belajar

Hari hutan sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 Maret ini memiliki sejarah yang cukup menarik.  Sebelum menjadi Hari Hutan Sedunia (International Forest Day), peringatan ini bernama World Forestry Day. Pada tahun 1971, anggota Konferensi Organisasi Pangan dan Pertanian yang ke 16 mengusulkan untuk mengadakan World Forestry Day yang jatuh setiap tanggal 21 Maret.

Usulan ini disetujui dan kemudian diadakanlah peringatan yang berlangsung mulai dari tahun 2007 hingga 2012 yang diselenggarakan oleh Center for International Forestry Research (CIFOR).
World Forestry Day atau Forest Day yang pertama diadakan di Bali pada tahun 2007. Kemudian, Forest Day diadakan pada tahun 2008 di Poznan, Polandia, tahun 2009 di Copenhagen, Denmark, pada tahun 2010 di Cancun, Meksiko, pada tahun 2011 di Durban, Afrika Selatan, dan terakhir pada tahun 2012 di Doha, Qatar. 

Mulai tahun 2013, namanya berubah menjadi Hari Hutan Sedunia di mana peringatan ini dirayakan di seluruh dunia dengan tema yang berbeda setiap tahunnya. Tema yang diambil dari peringatan ini-pun berubah-ubah sesuai dengan kondisi, issue,atau tujuan yang ingin di capai. Pada tahun 2020 ini PBB menetapkan bahwa tema dari hutan sedunia ini adalah “Forests and Biodiversity”  bahasa indonesianya "Hutan dan Keanekaragaman Hayati"

Kira-kira pesan apa yang ingin PBB kampanyekan ke seluruh dunia melalui tema tersebut ?

Hutan merupakan tempat tinggal bagi flora dan fauna yang ada, bahkan jauh lebih tua umurnya dibanding kita. Jika kita memperlakukan hutan sama dengan manusia yang sudah lanjut mungkin keseimbangan akan terjaga. Namun fakta di lapangan adalah hutan terus dieksploitasi habis-habisan tanpa pikir panjang

Oleh sebab itu, pada peringatan hari hutan tahun ini diangkat tema “Hutan dan Keanekaragaman Hayati” agar kita bisa menjaga dan mengontrol kehausan kita mengeksploitasi hutan itu sendiri. Sejatinya kita para manusia masih memerlukan peranan hutan itu sendiri. Kita masih membutuhkan oxygen untuk bertahan hidup, kita masih menyantap hewan dan tumbuhan yang ada dihutan
Jika kita tidak bisa mengontrol diri kita akan kehausan itu, apa yang terjadi 5 -10 tahun mendatangkan. Dampak ringannya mungkin anak cucu kita tidak bisa menyaksikan kehidupan flora dan fauna yang ada di hutan, dampak terburuknya adalah kiamat, setelah itu yang ada hanyalah penyesalan

Anggaplah presentase perusak hutan di dunia kisaran 40% presentase yang mengikuti tren terhadap hutan 10% presentase yang belum peduli terhadap hutan 25% presentase yang peduli terhadap hutan 25%. Jika golongan yang peduli ini mampu mengajak dan membuka pikiran golongan yang belum peduli dan mengikuti tren. Maka kelestarian hutan ini akan tetap terjaga, syukur kalau  golongan perusak ini bisa disadarkan untuk melestarikan hutan juga, hutan terjaga bumi-pun sehat

Momentum seperti ini saya rasa tepat sekali untuk mengajak kawan-kawan ikut melestarikan hutan, pemerintah-pun memanfaatkannya dengan gerakan penanaman 1000 pohonlah, ini lah itu lah gitu. Jika kawan-kawan bingung bagaimana caranya, menurut saya cukup dengan tidak ikut merusak hutan, mengaminkan tindakan perusakan hutan, dan terus menyebarkan pesan-pesan tentang pelestarian hutan, itu akan lebih baik daripada hanya berdiam diri pasrah melihat keadaan.
Kita perlu ratusan,ribuan,bahkan jutaan orang seperti kawan untuk ikut membantu melestarikan “Hutan dan Keanekaragaman Hayati”


Mungkin itu saja yang bisa saya jelaskan ke kawan, support terus Insanus Mlaku agar bisa menjadi blog yang bermanfaat, terutama di bidang Travelling,Hiking,Coffee. Jangan lupa subscribe blog ini agar kawan tidak ketinggalan artikel menarik lainnya, Klik disini. Salam Mlaku !!