Tempat camping di gunung

Kalau habis mendaki gunung makan mie ayam jamur, enak kali yaa??

Yang paling menyenangkan dan selalu ditunggu ketika mendaki gunung adalah camping. Segala rasa lelah dan khawatir yang dirasakan selama pendakian bisa seketika hilang sesampainya di tempat camping

Apalagi kalau dapet tempat camp yang super duper nyaman, serasa ingin berlama-lama dan enggan turun. Banyak hal yang bisa dilakukan ketika kita sudah sampai ke tempat camping tersebut, bercengkrama ditemani segelas kopi dan sebatang rokok menambah kehangatan di malam dingin kala itu. 

Obrolan tak tentu arah, canda tawa, dan renungan selama perjalanan tadi adalah obrolan pasti sewaktu camping. Sebab, obrolan itu bisa menenangkan kami dan menjadi informasi untuk merencanakan perjalanan menuju puncak esok pagi.

Pernah gak sih kamu, ketika sedang mendaki di salah satu gunung. Terus ketemu sama rombongan pendaki yang bawa logistik yang cukup mewah. 

Standarisasi mewah pada kalangan pendaki setahu saya adalah menu masakan rumahan yang enak dan tak lazim dibawa ketika mendaki: seperti burger, pizza, durian, steak, dan masih banyak lainnya.

Rombongan pendaki yang memiliki menu makanan yang tak biasa ini biasanya dijuluki sebagai pendaki sultan. 

Dukanya Jadi Pendaki Gunung

dukanya jadi pendaki gunung
Photo by Austin Ban on Unsplash

Dukanya jadi pendaki sebenernya ketika melihat gear pendaki lain yang ada di wishlist. Bukan iri, tapi emang jadi pengin cepet-cepet punya aja. Itu adalah duka yang rasanya hampir dirasakan semua pendaki.

Barang-barang pendakian serba branded dengan kualitas nomor satu. Tapi, yang paling bikin iri adalah ketemu rombongan pendaki yang waku camp, punya menu masakan yang enak-enak. Gak kayak saya dan rombongan, cuman berbekal mie instan aja.

Komposisi nutrisi yang pas, dan citarasa nikmat adalah yang menyakitkan sewaktu mendaki gunung. Sebab, kita tak bisa merasakan hal yang sama karena persoalan biaya. Jaman sekolah dulu, biaya emang sering kali jadi kendala buat berkelana.

Tapi ketika sudah bekerja, kendalanya bukan lagi soal biaya. Melainkan waktu. Sebab, kita harus bekerja demi menghidupi keluarga dan hasrat jalan-jalan. Andai aja saya tau cara nabung yang efisien buat jalan-jalan. Pasti udah banyak tempat yang saya jelajahi. Iya gak sih?

Saya ingat betul pengalaman pertama saya memaksa melanjutkan pendakian ditengah guyuran hujan deras selama berjam-jam. Trek yang biasa dilalui oleh para pendaki ini berubah jadi sungai kecil di gunung, yang semakin lama kian deras dan volume air semakin tinggi. 

Meski trek yang kami lalui waktu itu memiliki kemiringan sekitar 30 – 50 derajat. Kejadian kecil tersebut membuka pikiran saya bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Yang selalu mengganggu pikiran kami selama berjalan adalah, masih adakah tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda dan mengistirahatkan raga yang kelelahan ini dengan khidmat. 

Adakah tempat yang datar dan tidak dilalui air, sehingga kami bisa berganti pakain yang sudah basah dari tadi ini, untuk meminimalisir resiko terjangkitnya Hipotermia. Syukur alhamdulillah kami masih mendapatkan tempat yang nyaman dan tak dilalui oleh air. 

Sukanya jadi Pendaki Gunung

Sukanya jadi pendaki gunung
Photo by Eddy Billard on Unsplash

Jadi pendaki gunung itu tandanya kita masih punya kebebasan. Karena untuk mendaki sebuah gunung, memerlukan waktu yang tak sebentar, dan biaya yang gak murah. Kalau kamu masih mendaki sampai saat ini, berarti kamu masih punya kebebasan sama diri kamu.

Maksudnya gimana?

Jadi gini, kamu belum terlalu banyak tuntutan keluarga atau tidak merasa dituntut oleh keluarga. Entah kamu punya lingkungan keluarga yang support untuk mendaki, atau kamu mendaki bersama keluarga kamu.

Sewaktu ada di gunung juga, kamu akan terbebas dari beban pikiran yang selama ini menganggu. Suasa rileks akan kamu rasakan. Dan bisa aja, kamu kayak dilahirin ke dunia lagi sepulang mendaki. Selain memiliki kebebasan, jadi pendaki juga bisa nambah relasi.

Karena kita main ke alam yang kondisinya gak tentu, jadi kekeluargaan diantara pendaki gunung itu erat banget. Harusnya sih begitu yaa. Cuman belakangan ada banyak pendaki karbitan yang cuman ngejar validasi di sosial media tanpa peduli sama kondisi alam.

Nah kondisi alam yang begitu sulit diprediksi menjadikan rasa kekeluargaan diantara pendaki menjadi erat. Kamu bisa dengan mudahnya menemukan keluarga baru sewaktu mendaki. Asalkan jangan malu-malu untuk memulai obrolan. Saya juga dulu begitu.

Rasa malu-malu itu mulai sirna semenjak duduk di bangku kuliah dan ikut organisasi kampus. Saya mulai mahir menjalin pertemanan, apalagi waktu itu baru banget selesai baca buku Bicara Itu Ada Seninya karya Oh Su Hyang.

Selain itu, kamu juga bisa menikmati alam ciptaan tuhan dengan syahdu. Dan kamu bisa membagikannya ke orang-orang terdekat agar mau menemanimu mendaki. Bukahkah menarik? Mendaki bersama orang yang tersayang?

Balik Lagi Soal Makanan

Menu makanan mewah di gunung

Setelah tenda dibuka, maka kegiatan selanjutnya adalah memasak. Pertama kali yang harus kita masak adalah air. Tanpa adanya air panas, kita gak bisa nyeduh kopi. Ini penting! Karena masak digunung itu harus ditemani kopi.

Jadi di sela-sela waktu menunggu masakan matang, ada bunyi sruputan kopi yang sungguh nikmat. Seketika citarasa kopi itu memenuhi rongga mulut dan berujung ketenangan. 

Kala itu, kami memasak perbekalan kami yang sederhana dan jauh dari kata mewah. Setelah perut terisi, kami semua tidur dan bersiap melanjutkan perjalanan esok hari, menuntaskan perjuangan yang kami tunda untuk mengisi ulang tenaga raga kami.

Sial sungguh sial, di pertengahan malam. Perut saya keroncongan dan menginginkan makanan yang hangat, berkuah dan segar. Seketika terpikir oleh saya “Mie Ayam“ entah kenapa dari sekian banyaknya makanan lezat nusantara hanya mie ayam yang saya inginkan. 

Mungkin, karena postingan teman yang memamerkan mie ayam dan ia nikmati bersama pemandangan indah yang ada di air mineral kemasan khas itu.

Karena masih ngidam mie ayam, dan saya tahu itu tidak bisa direalisasikan saat itu juga. Akhirnya saya hanya memakan coklat dan berusaha tidur lagi. Tekad saya, selepas pulang saya harus makan Mie Ayam. 

Enak kali yak, Kalau Bisa Order Mie Ayam di Basecamp Pendakian?

Perjuangan saya berikutnya difokuskan dengan pikiran menyantap mie ayam hangat nan menyegarkan, sampai salah seorang teman di rombongan kami menjajikan untuk memesankan mie ayam via aplikasi ketika sudah sampai di rumahnya.

Emang bisa yak, pesen mie ayam via aplikasi? ah mungkin teman saya itu hanya ingin menghilangkan rasa ingin saya untuk menyantap mie ayam. Padahal kalau janjinya beli mie ayamg ketika masih di Basecamp pendakian. Saya pasti langsung diam dan berharap.

Enak kali yak, kalau bisa order mie ayam di basecamp pendakian. Meskipun letak basecamp pendakian itu biasaya berada di desa terakhir. Tapi gak menjamin semua makanan yang lumrah kita temui di kota itu ada. 

Beberapa kali saya mendaki gunung, jarang ada yang jual mie ayam di basecamp. Paling banter juga bakso doang. Padahal kan, kalau di kota-kota kalau ada yang jual bakso, udah satu paket sama jualan mie ayam juga gak sih?

Menurutmu teman saya itu beneran mau beliin saya mie ayam, atau cuman ingin saya untuk lebih fokus ke pendakian waktu itu ya? Karena selama pendakian itu saya sangat susah fokus. Sebab pikiran saya terganggu oleh keingan besar tersebut.

Tampilan aplikasi mie ayam haji mahmud
User interface dari aplikasi mie ayam Haji Mahmud

Sesampainya dirumah teman saya itu, beliau menunjukan aplikasi bernama “M. A. Haji Mahmud“. Di era digital seperti sekarang ini, rasanya pelaku usaha harus sekreatif mungkin melihat dan memanfaatkan peluang seperti yang dilakukan oleh Haji Mahmud. 

Saya yakin, pada awalnya pasti banyak cibiran yang diterima seperti kisah Jack Ma mendirikan ali baba.

Terimakasih sudah menjadi pelopor mie ayam go digital.

Aplikasi  Mie Ayam Haji Mahmud memudahkan kawan dalam melakukan pemesanan secara langsung ke outlet terdekat di daerah kawan berada. 

Mie Ayam Haji Mahmud Pioneer Inovasi Mie Ayam Masa Kini

Pusat dari Mie Ayam Haji Mahmud ini berada di Jalan Abdullah Lubis No. 57/71, Medan.  Sedangkan cabangnya untuk pulau jawa berada di Jalan Tapir raya, Jababeka, Cikarang.

Banyak sekali menu yang ditawarkan oleh mie ayam haji mahmud ini, maklum saja. Sudah melalang buana di dunia perkulineran Indonesia selama 30 tahunan.

Harganya bervariatif mulai dari 18.000 – 31.000 Rupiah untuk menu mie ayam, ada juga menu-menu lain. Tempat ini sangat nusantara friendly banget, buat nongkrong bareng keluarga atau pasangan juga cocok.

tampak kedai mie ayam haji mahmud
Source : facebook.com/pg/hajimahmud.id

Untuk citarasa tidak usah diragukan lagi, karena legenda tahu yang terbaik untuk pelanggan setianya. 

Pada ulang tahun ke 32 Tahun Mie Ayam Jamur Haji Mahmud, harapan besarnya semoga saja mie Ayam Haji Mahmud ini bisa menjamur ke seluruh pelosok negri, sehingga setiap pribumi bisa merasakan kelezatan mie ayam yang sudah melegenda ini.

Banyak orang yang bilang bahwa kebahagiaan harus ditularkan kesetiap insan di muka bumi ini. Kado terindah yang bisa diberikan oleh Mie Ayam Haji Mahmud kepada para pelanggan setianya adalah menyebar kebahagiaan.

Sebab negri ini perlu kebahagiaan dan harapan agar tak dilanda ketakutan berlebih karena pandemi Covid-19.

Kalau semisalnya kamu ditraktir makan Mie Ayam Jamur Haji Mahmud, kamu bakal pesan apa? Coba tulis di komen yaa...!!

Udah dulu ceritanya yaa … Masih banyak cerita lainnya dari Insanus Mlaku yang gak kalah seru dan menarik. Yuk eksplore bareng.

See you!