tampak depan eiger store

Sabtu malam begitu para jomblo menyebutnya, merupakan hari  yang paling angker bagi setiap insan yang belum memiliki pasangan. Biasanya hari ini ramai para sejoli pergi ke pusat perbelanjaan, tempat makan, monumen atau semacamnya untuk melepas rindu atau hanya sekedar memastikan bahwa wajah pasangannya tidak banyak berubah. Saya bersama saudara menghabiskan malam kami dengan pergi keluar.

Kebetulan hobi saya dan dia tak jauh berbeda jadi tidak sulit untuk menentukan tempat nongkrong yang bikin betah. Setelah rampung mengantar pesanan kopi yang cukup banyak, kami berdua pergi untuk menyambangi Eiger Store yang berada di Radio Dalam. Rencana awalnya sih cuman mau ngopi di eiger coffeenya. Brand eiger ini tentunya tak asing bagi teman-teman yang suka bertualang, atau bahkan mendambakan semua gear perjalanan berasal dari brand asal kota kembang ini. Biar kaya bung Fiersa Besari atau Barkah yang “A”-nyatiga ?

Sedikit sejarah mengenai eiger teman-teman -- PT. Eigerindo Multi Produk Industri atau dikenal sebagai Eiger adalah perusahaan yang paling terkenal di Indonesia khusus di bidang manufaktur dan ritel peralatan petualangan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1993 oleh Mr Ronny Lukito di Bandung.

Nama perusahaan, Eiger, terinspirasi oleh gunung Eiger, sebuah gunung terkenal di Alpen Bernese, Swiss, yang berada di ketinggian 3.970 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dimulai dengan fasilitas yang sangat terbatas, Eiger mulai memproduksi tas dengan hanya dua mesin sederhana di Bandung tepatnya berada di Jalan Cihampelas No 22. Pada tempat yang sama Eiger membuka sebuah toko kecil untuk menjual tasnya.

Begitulah sejarah singkatnya brand asal Bandung ini teman-teman.

Ketika kami sampai di Eiger Store Radio Dalam, kami berdua bergegas untuk menjelajah dalam storenya. Membawa budget yang sangat minim tentunya kurang untuk memenuhi hasrat memiliki barang indah berlogokan badak ini. Tidak pernah bosan dan tak akan pernah bosan jika menghabiskan waktu untuk menjelajah isi dari storenya Eiger, seolah menemukan ketenangan tersendiri.

10 menit pertama kami lalui tanpa terasa, 10 menit kedua juga belum terasa, hingga pada 10 menit ketiga kami mulai sadar bahwa bukan ini tempat yang kami tuju di awal. Kami memang berencana menghabiskan waktu sabtu malam di cafenya eiger yang berada terpisah dengan storenya. Sadar akan kekhilafan berbelanja yang sangat besar kami-pun berpindah tempat menuju Eiger Coffee dan menghabiskan waktu sabtu malam berdua.

Akhirnya kita pindah ke kedai kopi eiger!!

barista beraksi

Ketika sampai kami langsung dihadapkan dengan barnya dan langsung memesan. Saudara saya yang kurang mengerti kopi meminta untuk dipesankan sajian yang sesuai dengan lidah orang yang baru belajar menikmati kopi sebagai sahabatnya. Akhirnya.. saya memesan Japanese Brew dan saudara saya memesan Kopi Susu Aren yang sedang trend beberapa waktu silam, meski sekarang masih banyak digemari kaum millenials.


daftar menu di eiger coffee

Tak perlu menunggu waktu yang lama pesanan kami berdua-pun hadir di meja. Saudara saya langsung meminumnya begitu juga dengan saya, tegukan pertama yang cukup dalam untuk melepas dahaga, tegukan-tegukan berikutnya untuk menikmati sajian yang aduhai ini. Kami berniat menghabiskan sabtu malam kami di kedai ini dan belum memutuskan mau pulang jam berapa.

Saya menghabiskan waktu dengan bermain game dan melanjutkan baca buku. Sayan pernah membaca sebuah narasi di baju teman seperkuliahan yang bertuliskan “Kopi,Buku,Kamu” berhubung sudah ada kopi dan buku, lalu Kamu kapan datang ke duniaku sayang ?

Sedangkan saudara saya sibuk dengan gawai barunya, maklum dia baru lulus dari pesantren. Entah apa yang dilakukannya mungkin sibuk chat dengan kawan lamanya atau menghafal hadits-hadits ataupun yang lain. Entahlah, saya terlalu sibuk untuk menikmati kopi dan membaca buku seraya menunggu kehadirannya.

Tepat jam 8 malam menu kami berdua sudah habis, saya belum puas membaca dan belum ingin pulang kerumah. Saya menawarkan pada saudara saya untuk memesan lagi, ia mengiyakan (kali ini saya yang bayar, tadi dia. Udah kek orang pacaran aja ganti-gantian. Jadi mengenang) di ronde dua ini saya memesan kopi susu aren, dan dia memesan teh tarik panas.

Dia kedinginan soalnya, AC ada dua entah suhu berapa yang diatur disitu, tapi asli dingin bener, udah kek camp di gunung. Sembari menunggu pesanan tiba kami sedikit berdiskusi meninggalkan sejenak kesibukan masing-masing.

Menu yang kami pesan di Eiger Coffee

Dia bertanya banyak hal penuh antusias, saya menjawab dengan santai di akhir diskusi itu kami memutuskan untuk pulang jam 9 malam. Ketika pesanan tiba, kami lanjut dengan kesibukan yang tadi kami lakukan. Setengah jam berlalu sejak pesanan hadir di meja, saya merapikan buku dan membuka aplikasi game yang lagi digemari Mobile Legend saudara saya masih sibuk dengan gawainya, namun sekarang berpindah tempat ke dekat sumber listrik, ternyata “LOBET”.

Hingga tiba pukul 9 malam kami berkemas untuk meninggalkan kedai itu, di detik-detik terakhir saya sebelum beranjak, jauh di benak saya masih menunggu kehadarian si “KAMU” itu yang tak kunjung datang. Berarti bisa dipastikan bahwa kalimat “KOPI,BUKU,KAMU” tak selamanya bekerja. Kopi dan buku sudah dipertemukan di salah satu meja yang ada di eiger coffe tersebut, sementara aku dan kamu masih belum dipertemukan yang kuasa.

password wifi eiger store

Saking sibuknya menunggu si kamu datang saya lupa bahas fasilitas yang ada. Fasilitas yang diberikan bisa dibilang lumayan lah, ada wifi,colokan,tempat yang super dingin, hanya saja toilet yang cukup jauh berada di parkiran belakang eiger store ini dekat dengan papan wall climbing. Menghabiskan waktu bersama sahabat, pasangan, ataupun keluarga Eiger Coffee Radio Dalam bisa menjadi sebuah solusi konkret.