Test pcr

Kalau sebelum travelling harus dicolok dulu hidungnya, kamu mau apa enggak?

Sebuah perjalanan memang sangat menyenangkan dan membuat candu yang teramat besar. 

Perjalanan kali ini saya berkesempatan untuk menapakan kaki di Pulau Kalimantan (Borneo), Tepatnya Kalimantan Barat, Pontianak. 

Kali pertama melakukan perjalanan antar pulau, biasanya saya hanya melakukan perjalanan antar kota yang bisa ditempuh lewat jalur darat. 

Baik menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Nah, kali ini saya diharuskan menggunakan kendaraan umum berbasis udara. 

Suatu pengalaman berharga dan memacu detak jantung untuk bekerja lebih cepat daripada biasanya. 

Protokol super ketat harus ditaati oleh siapa saja yang akan menggunakan jasa angkutan umum yang menjadi fokus presiden ke 3, BJ. Habibi, terkhusus ditengah situasi pandemi saat ini. 

Harus sudah divaksin seminimalnya 1 kali dan melakukan tes polymerase chain reaction (PCR) sebelum keberangkatan, merupakan salah dua dari sekian banyaknya protokol yang ada. 

Karena, ini kali pertama saya menggunakan jasa transportasi pesawat, tentunya ada cerita unik sekaligus menggemaskan yang saya alami. 

Pertama Kali Naik Pesawat

Ilustrasi di dalam pesawat

Saya pernah menulis di dalam artikel persiapan sebelum mendaki, disalah satu point yang ingin saya bagikan adalah "Bukan persoalan gunung mana yang cocok untuk pemula, tapi siapa yang mendampingi si pendaki pemula tersebut". 

Prinsip ini juga saya terapkan ketika mempersiapkan segala sesuatunya sebelum keberangkatan. 

Karena perjalanan saya masih tergolong perjalanan lokal, jadi saya tidak perlu menyiapkan dokumen yang ribet.

Selain browsing di internet, saya juga banyak mendapatkan insight soal perjalanan menggunakan pesawat ini dari kaka saya.

Saya banyak mengkorek informasi dari kaka. Mulai dari tiba di bandara, proses chek in, dan lain sebagainya. Namun yang paling penting adalah ketika kaka saya  menerangkan soal test PCR.

Maklum, dalam situasi pandemi seperti ini. Segala tindakan preventif harus dilakukan agar menekan angka penyebaran Covid-19. 

Jangan sampai, ketika saya berkunjung ke Kalimantan malah saya menjadi pembawa virus tersebut. Jangn sampai!

Drama Test PCR

Ilustrasi drama test PCR.

Keesokan paginya, saya langsung bergegas untuk mencari klinik terdekat yang menyediakan jasa pengecekan swab PCR ini. 

Karena, kurangnya informasi yang saya terima, alhasil saya cukup kapayahan untuk mencari tempat yang bisa melakukan test PCR dan tiket pesawat saya tidak hangus.

Klinik pertama yang saya datangi berada di dekat rumah sekitar 15 menit waktu tempuhnya. 

Namun sayang, ketika saya tiba dan sedikit berdiskusi, ibu yang sedang bertugas mengatakan, tidak bisa melakukan test disini apabila pesawat saya terbang pada pagi hari. 

Kemudian ibu tersebut menyarankan untuk pergi ke klinik lain yang berada di daerah Bintaro, saya pun mencoba untuk mendatanginya. 

Sialnya, ketika saya sampai kondisinya juga sama. Tidak merekomendasikan untuk melakukan test.

Namun, penjelasan dari klinik kedua ini cukup menyeluruh sehingga saya paham alasannya. Di klinik yang kedua, saya mendapat penjelasan bahwa saya datang terlalu siang.

Sehingga, sampel hasil test sudah diambil untuk kemudian dibawa ke pusat lab dari klinik yang termasuk dalam jaringannya. 

Saya sudah mencoba untuk memohon pertolongan dengan memasang wajah yang memelas, dan ternyata tetap tidak bisa. Karena truck pengangkut sampel sudah berada di grogol dan tempat labnya berada di sunda kelapa. 

Fastlab Penyelamat Tiket Perjalanan Saya!

Saya pergi ke salah satu minimarket terdekat dengan penuh keputusasaan. 

Dalam hati saya berbicara "Masa pengalaman pertama saya tidak sebegitu indahnya dengan pengalaman pertama orang lain". 

Ditengah keputusasaan, saya menghubungi kaka saya untuk membantu mencarikan klinik atau lab yang mampu untuk mengeluarkan hasil test pcrnya dengan cepat. 

Selama berdiskusi dan riset melalui mesin pencari, akhirnya kami menemukan klinik fastlab. 

Logo fastlab

Dalam iklannya, klinik ini dapat mengeluarkan hasil test pcr dalam waktu 3 jam dengan harga yang cukup murah sebesar Rp 275.000. 

Dengan penuh semangat saya mengajak black panther (Panggilan untuk motor kesayangan) untuk pergi mengunjungi klinik tersebut. Singkatnya, saya berhasil sampai di klinik dan melakukan test pcr. 

Prosesnya cukup cepat, karena mungkin tidak ada antrian pada hari itu. 

Selang 5 menit setelah saya melakukan pendaftaran, saya langsung menjalani test pengambil sampel. Sampel yang diambil bersumber dari 2 lubang hidung dan mulut.

Takut, tersedak, dan gatal. Kiranya seperti itu rasa yang saya dapat sebelum dan sesudah melakukan test pcr. 

Setelahnya, saya langsung bergegas pergi dan menunggu hasilnya dirumah sembari menyiapkkan keperluan guna keberangkatan nantinya. 

3 jam setelahnya, hasil test pcr saya keluar dan alhamdulillah hasilnya negatif. Yeay! Jadi terbang ke Pontianak, kota Khatulistiwa. 

Supaya kalian tidak mengalami kejadian yang sama seperti saya, silahkan untuk membuat daftar test PCR. 

Sehingga kalian tidak kebingungan dan kawalahan seperti saya. Semangat dan stay safe!

See you!