Foto di kedai kopi Pontianak

Emang bener kamu cinta banget sama kopi?

Coba renungi sejenak diri kamu, apakah kamu benar-benar mencintai kopi. Atau cuman FOMO aja. Coba jawab pertanyaan berikut.

Siapa diantara kamu yang mulai mencintai kopi setelah menonton film Filosofi Kopi? atau sudah jauh sebelum film tersebut muncul, kamu sudah terlebih dahulu jatuh hati pada kopi?

Dua pertanyaan tersebut, bukan patokan kamu cinta banget sama kopi atau enggak. Tapi adakah, diantara dua kondisi itu yang pada akhirnya membuatmu jatuh cinta pada Kopi?

Efek viral film Filosofi Kopi emang gak bisa dipungkiri membawa perubahan cukup signifikan bagi dunia perkopian Indonesia.

Kemudian, jika pertanyaan yang sama dilontarkan kepada saya, maka dengan lantang saya akan menjawab “Saya lebih dulu cinta kopi sebelum FILKOP viral!!” begitu kiranya. 

Pakde merupakan orang yang berjasa dalam hidup saya, terkhusus di dunia perkopian. Beliau lah yang pertama kali mengenalkan saya pada minuman lezat tersebut. Meskipun pada awalnya saya juga kurang suka.

Sebagian besar orang (termasuk saya) akan melakukan fase pendekatan kepada sesuatu objek/subjek yang menurutnya menarik. Begitu juga dengan kopi. 

“Wuek” itulah kata yang terucap pasca menyeruput kopi malabar hasil seduhan pakde menggunakan metode V60. Oh iya, kata itu keluar dibarengi dengan reaksi tubuh yang bergetar hebat.

Berdamai Dengan Kopi Manual Brew

foto seorang barista yang sedang menyeduh kopi

Proses perjuangan untuk berusaha dekat dengan kopi pun berlanjut. Lambat laun saya mulai menikmati rasa dari kopi dan akhirnya menjadi seorang pecinta. Pecinta, bukan hanya sebatas penikmat.

Bagi saya, berbeda antara pecinta dan penikmat. Jika pecinta itu akan menikmati setiap bait proses kopi yang dihadirkan. 

Sebelum akhirnya mendarat mulus di dalam tubuh dan menjadi bagian dari kehidupan. Sedangkan penikmat, hanya sebatas menikmati hasil akhir dari kopi itu sendiri.

Namun, beberapa tahun belakang mulai viral minuman berbahan dasar kopi dan disajikan dalam berbagi menu yang menggairahkan. 

Menurut saya, cara ini paling mudah dan lembut untuk mengenalkan nikmatnya kopi ke setiap elemen masyarakat. Mungkin mirip dengan teknik promosi spiderman versi Tom Holland ya?

Setelah kopi menjadi bagian dari kehidupan saya, rasanya tak terlepas satu hari-pun tanpa kenikmatan kopi, dan tentunya ini merubah pola hidup saya.

Dari yang awalnya demen nongkrong di alam ataupun kantin sekolah. Kini, kedai kopi merupakan tempat yang sangat menarik hati. Terlebih lagi, setiap kedai memiliki ciri khasnya masing-masing.

Sensasi petualangan kedai kopi menjadi cerita lain di hidup saya. Apalagi kalau menemukan harta karun, beeuuh! Rasanya mantap.

Kedai Kopi di Pontianak

Kopi Susu Asiang

Hampir di setiap kota yang saya kunjungi, saya selalu mencari kedai kopi. Dan itu adalah prioritas utama. Sebagian kota-kota besar tidaklah sulit untuk menemukan kedai kopi yang menarik untuk disinggahi. 

Tapi, di kota-kota kecil yang notabene belum banyak pecinta kopi, sangatlah susah mencari kedai kopi. Dan itu termasuk di kampung halaman saya. Mungkin masih bisa terhitung jari.

Sungguh sangat beruntung saya, kunjungan ke Pontianak, tidak semenyeramkan yang saya bayangkan di awal. Susah sinyal, jalanan tanah merah, tanpa ada kedai satupun. 

Kiranya itu yang terlintas di benak saya sesaat sebelum take off. Sudah menjadi kebiasaan saya, tidak terlalu mencari informasi lengkap ketika akan mengunjungi suatu tempat/kota.

Karena, akan lebih menarik dan tertantang ketika kita telah sampai di kota tujuan tanpa bekal pengetahuan yang kompleks. Sensasi “Saya harus bertahan hidup disini” menjadi motivasi utama yang berdampak.

Sesaat setelah sampai di penginapan, saya bertemu beberapa teman baru yang akhirnya kami berkunjung ke Waterfront City Pontianak

Sebelum kunjungan itu terjadi, kami terlebih dulu menghabiskan waktu di kedai kopi sebelah. Setelahnya petualangan kedai kopi saya pun dimulai.

Pencarian Kedai Kopi Terbaik di Pontianak

Ilustrasi mencari kedai kopi terbaik di Pontianak, dengan motor.

Ada banyak sekali kedai yang saya kunjungi di kota pontianak, dan semuanya memiliki cerita tersendiri. Meskipun dari segi menu tidak terlalu. 

Kamu akan susah sekali menjumpai kedai yang menghasilkan sajian hasil manual brew. Karena umumnya, menu kopi di kota ini adalah kopi susu.

Kopi susu yang ada pun jangan kamu bayangkan seperti Kopi Kenangan, atau Janji Jiwa ya! 

Karena kebanyakan kedai kopi di Pontianak, menjual kopi robusta tubruk yang dipadukan dengan susu kental manis. Menu ini yang paling laris di setiap kedai yang saya singgahi.

Harga kopi susu di Pontianak ini pun bervariatif, mulai dari Rp. 8.000 – 12.000, yang membedakan hanyalah kekentalan rasa kopi (begitu penilaian saya).

Bukan petualangan rasanya jika tak menemukan sesuatu hal yang unik dan terbatas. Ketika saya diajak berkunjung ke kedai kopi Aming. Ada satu menu yang membuat saya merasa terheran-heran. 

Coba kamu bayangkan, bagaimana rasa kopi khas robusta jika disandingkan dengan telur setengah matang?

Aneh kan ya?

Kalau kamu juga merasa aneh, tenang aja. Saya juga merasa demikian. 

“Anjirr ada juga ternyata menu kopi yang gak lazim yaa, sepertinya menarik untuk dicoba” kata saya dalam hati. Tentunya saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Hmm.. setelah dirasakan ternyata tidak terlalu aneh, perpaduan antara pahitnya kopi dicampur dengan gurihnya telur setengah matang, membuat aftertaste dari sajian ini sangat istimewa. 

Serasa ingin menikmatinya sepanjang hari. Untuk menikmati sajian ini, kamu bisa membeli Paket Ngopi Kenyang seharga Rp 43.000.

Kedai Kopi Asiang

Kedai Asiang

Pengalaman kedua saya mencicipi menu kopi dengan telur ini adalah ketika diajak mengunjungi salah satu kedai yang cukup legendaris di Pontianak. Kedai Asiang atau Kedai Telanjang.

Kenapa kedai ini terkenal dengan nama kedai telanjang ?

Karena kokoh si pembuat kopi tidak mengenakan baju. “Jijik” adalah kata yang tepat rasanya untuk menggambarkan keanehan itu. Tubuh saya bergetar, bulu kuduk merinding, dan tidak mau kesana. Tapi, lama – kelamaan penasaran juga. Akhirnya saya-pun mengunjunginya.

Nah, ada hal unik lainnya dari kedai Asiang ini. Kedai Asiang buka dari pukul 03.00 – 12.00. Jika kamu ingin merasakan sensasi kopi yang tersaji dari hasil racikan tangan orang tak berbaju, maka kamu harus sedikit mengorbankan waktu tidurmu. 

Karena jika telat sebentar saja, niscaya  kamu tidak akan mendapatkan tempat duduk. Selamat Berjuang!

Ketika sampai di kedai Asiang, akhirnya saya mengetahaui alasan pasti kenapa si kokoh ini memilih melepas bajunya. 

Karena bar tempatnya meracik kopi sangat panas, dan setelah melihat prosesnya. Saya rasa ini cukup higienis. Asiang menjadi akhir dari petualangan kedai kopi saya di Pontianak.

Pelajaran yang Saya Dapatkan 

Foto di tengah jalan dekat kedai kopi asiang

Beberapa kali saya mengunjungi kedai kopi di Kota Pontianak, beberapa kali juga saya merasa keheranan. 

Strategi marketing yang digunakan sangatlah berbeda dengan yang ada di Jawa. Jika ada istilah “Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin” rasa-rasanya istilah tersebut tidak akan berlaku di Kota Pontianak. Sejauh pengalaman saya.

Bagaimana tidak, kedai kopi yang pernah saya kunjungi hanya menyediakan minuman saja, mungkin dengan beberapa snack (Kedai yang tidak terlalu terkenal).

Nah, untuk memenuhi kebutuhan makan pelanggannya, terdapat warung tenda di depan kedai percis yang akan siap melayani perut para pelanggan.

Sungguh kebersamaan yang membuat saya iri. Diamana mereka berjuang bersama membangun usaha dan percaya bahwasanya rezeki sudah ada yang mengatur. 

Tak jarang pula, para pemilik kedai atau warung tenda ini berbeda keyakinan. Sungguh terasa atmosfer toleransi dalam beragama dan juga berusaha.

Coba kamu bayangkan, jika kondisi yang seperti ini, terjadi diseluruh kota yang ada di Indonesia. Mungkin, saja tingkat kemakmuran masyrakatnya bisa meningkat. 

Tentunya, angka kriminalitas juga bisa ditekan. Sungguh mengasikan rasanya, semoga saja suatu hari nanti kondisi damai, aman, nyaman, dan tentram bisa terjadi di Bumi Pertiwi.

See you!