foto bersama di lembah surya kencana

Pernah ngalamin kejadin kayak saya ini gak?

Kemampuan berkomunikasi merupakan kunci utama bagi seorang traveller. 

Karena menurut Rudolph F. Werderber, komunikasi memiliki dua fungsi yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan.

Fungsi sosial menitik tekankan pada kesenangan, menunjukan koneksi, dan membangun serta memelihara hubungan dengan orang lain.

Pengayaan: 4 Fungsi Komunikasi Menurut William I. Gorden

Ketika kamu menguasai komunikasi, maka dengan mudahnya mendapatkan teman baru, baik ketika berada diperjalanan ataupun ketika sudah bermukim disuatu tempat. 

Bagi mereka yang memiliki kemampuan komunikasi tidaklah susah untuk membaur dengan kebudayaan baru, sehingga hangatnya kekeluargaan bisa dengan mudahnya dirasakan.

Ketika berkumpul mendiskusikan sesuatu, kadang kala ada kejadian unik yang sulit dilupakan dan sayang jika tidak diceritakan. 

Kejadian-kejadian unik yang terjadi menjadi kejutan tersendiri. 

Dengan begini akan ada sesuatu hal yang mampu membangkitkan kenangan pada momen tersebut yang akan mempererat rasa kekeluargaan.

Bukanlah hal diluar nalar tentang cerita saya kali ini. Bukan juga hal yang tabu. Tapi, mungkin saja berubah tabu jika hewan yang tak kasat mata ini keluar di tengah kerumunan.

Kemunculan Hewan yang Tak Kasatmata

Cerita ini bermula ketika saya hendak mendaki satu gunung yang terkenal dikalangan para pendaki. 

Rasanya setiap pendaki memiliki mimpi yang sama, "menapakan kakinya di seluruh gunung yang ada di nusantara ataupun luar negeri".

Gunung yang hendak saya sambangi ini terletak di Jawa Barat dan berada di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

Tepat sekali, gunung yang dimaksud adalah gunung Gede. Gunung ini juga terkenal dengan padang Edelwies yang berjejer di Surya Kencana.

Berjuta keindahan yang disajikan lembah Surya Kencana mengingatkan saya kepada seorang aktivis keturunan Tionghoa " Soe Hok Gie ". 

Siapa yang tak kenal beliau khususnya dikalangan mahasiswa.

Rasanya, beliau adalah idola setiap mahasiswa yang merindukan berdiri tegaknya kebenaran.

Ketika kami sedang mempersiapkan segala kebutuhan mendaki di rumah sahabat kami. 

Jangan Diam, Berbahaya!

Semuanya sibuk dengan segala perlengkapan yang akan kami bawa untuk bertahan hidup selama dua hari satu malam di gunung Gede.

Memang, pergi ke alam tidak sama dengan main ke mall-mall yang ada di kota kamu. Perlu persiapan dan rencana yang matang. 

Kalau kamu ke mall kan, tinggal pake baju rapih style bak artis Hollywood sudah selesai, oya, sama isi kantong yang tebal.

Hingga pada suatu ketika salah seorang dari kami dikagetkan dengan kemunculan hewan yang tak terlihat itu. 

Suasana yang mulanya riuh ramai seperti di pasar berubah menjadi sepi senyap layaknya kuburan.

Hewan itu tak terlihat tapi memiliki suara dan bau yang menyengat. 

Kurang lebih bunyinya seperti ini "tttttttuuuuuutttttt" untuk ukuran hewan yang cukup besar dan "tttttiiiiiiiiuuuuuuuiuttttt" untuk hewan yang kecil namun baunya naudzubillah.

Ada satu lagi, kadang tanpa suara alias silent kadang bunyinya "mbbeeeesssss" tapi kita tau dari baunnya yang super-duper menyengat hidung. 

Serasa ingin tak memiliki hidung.

Sampai sini kamu paham kan, apa yang saya maksud?

Yap, hewan tak kasat mata itu memang lebih dikenal dengan  "KENTUT". 

Pecahnya Keheningan

Ketika suasana telah berubah sedikit awkward dan mirip kuburan, salah seorang dari kami mengeluarkan celetukan yang membuat kami tertawa, sembari saling bertatap muka.

"Eh itu cari dah, tu hewan dari tadi ada disini. Cari dah cari cari cari..."

Pasca celetukan tersebut, suasana pun kembali ramai. 

Semua saling tuduh menuduh siapa manusia jahanam yang berani mengeluarkan hewan tersebut pada semua orang yang tengah sibuk dengan persiapan mendaki gunung.

Selang berapa saat suasana menjadi penuh dengan gelak tawa, mungkin bagi kami para lelaki, hal tersebut  bukanlah masalah yang berarti, entah untuk kaum hawa.

Yang saya tau sih mereka lebih ke jijik mendengarkan suara hewan tak kasat mata ini, itupun kalau ada kami. 

Tapi entahlah, kalau hanya para ciwi-ciwi.

Mungkin saja akan mengeluarkan respon yang sama seperti kami atau bahkan lebih jorokk dari kami para lelaki.

Menurut kamu responnya bakalan kayak gimana??

See you!