foto di warpat, Puncak

Sebagai seorang pelajar yang teladan, kita harus fokus dalam mengerjakan ujian yang telah direncanakan oleh pihak kampus. 

Ujian Akhir Semester (UAS) bisa menjadi sebuah momok yang sangat menakutkan. Apalagi jika nilai penunjang lainnya seperti tugas dan absensi kurang dilengkapi dengan sempurna.

Meski demikian, ada hal yang paling membahagiakan ketika sudah melewati hal yang cukup membuat jantung deg-deg'an. 

Sama deg-deg'annya ketika menyatakan cinta pada gebetan (: 

Berlibur atau refreshing pasti akan terasa lebih membahagiakan selepas melewati UAS. 

Sama halnya dengan kami, sekelompok pemuda yang suka bertualang dan belajar melalui peristiwa-peristiwa yang dilalui selama perjalanan itu.

Selepas UAS, kami merencanakan untuk mengistirahatkan sejenak otak yang sudah berasap seperti motormu yang tak pernah diservice itu. 

Tempat yang menjadi tujuan kami kala itu adalah Warpat Puncak. Warpat merupakan singkatan dari Warung Patra. 

Sebetulnya tak ada yang terlalu spesial dari Warpat. Sama seperti warung-warung kopi yang kerap ditemui di pinggiran ibu kota.

Lantas mengapa warpat sangat ramai dan terkenal dikalangan anak muda?

Satu hal yang tidak dimiliki oleh warung kopi lainnya, yaitu keindahan alam yang disuguhkan. 

Disisi lain, suhu dingin khas pegunungan menambah syahdunya suasana dan kenikmatan ragam makanan yang kalian pesan di warpat. 

Terkadang saya merasa heran. 

Kenapa mie rebus yang kita pesan di warung kopi selalu terasa lebih nikmat ketimbang membuatnya sendiri?

Singkatnya, kami berangkat menuju Warpat pukul 18:30 dari kantin kampus tercinta. 

Saya dan Kuple (kawan yang pergi ke danau cipondoh) menjadi partner dalam perjalanan kali ini. 

Bermodalkan semangat dan motor hasil meminjam kepada seorang teman, saya dan kuple menjadi pasangan yang paling happy sewaktu diperjalanan.

Perjalanan Menuju Warpat

Perjalanan penuh dengan harapan untuk menyegarkan pikiran setelah lelah diterjang UAS selama satu minggu penuh. Akhirnya kami mulai. 

Berangkat dari titik kumpul yang sudah disepakati, yaitu:  foodcourt UMJ, pada pukul 18:30.

Saya dan Kuple sempat dilanda kebingungan, karena kuda besi yang akan kami gunakan kurang memadai apalagi dijalan menanjak.

Seperti kata peptah "pucuk dicinta ulampun tiba", secara mendadak sahabat saya melintasi titik kumpul kami, dengan spontan dan tegas saya segera memanggilnya. 

"No..Leno.." teriak saya untuk memanggil dan berharap ia bisa mampir sejenak.

Mileno Yanuar adalah penolong saya dalam perjalanan kali ini, tanpa bantuannya yang meminjamkan motor, saya dan kuple terancam mendorong motor tua yang akan kami gunakan.

Sebelum kami bertukar motor, saya sedikit menjelaskan tentang motor tua saya yang unik.

"Kalau mau nyalain motornya, putar kunci ke kanan, jangan sampai mentok. Kalau sampai mentok nanti yang terbuka malah keran bensin. Kalau mau buka bagasi putar ke arah kiri. Kalau kunci ganda masih sama kok kaya motor yang lain" kata saya kepada Leno.

Seolah tak mau kalah dengan saya, Leno juga menjelaskan kuda besi miliknya.


"Kalau mau masukin gigi 1 kedepan ya, 2-5 kebelakang. Sebelah kanan ini gas. Kalau handle rem sebelah kiri, namanya kopling bukan rem belakang. Kalau ini buat sein kiri, itu buat sein kanan, kalau yang ini klakson" balasnya dengan tersenyum.
Saya dan kuple mendengarkan penjelasan Leno dengan seksama sembari menahan tawa. 

Motor yang ia pinjami ke saya adalah Jupiter MX Cw sama seperti milik paman di desa

Kurang lebih sudah paham dan nyaman memakainya, senyaman menjalani hubungan dengannya. Setelahnya, saya dan kuple langsung menuju pom bensin yang berada sebelum perumahan UI.

Perjalanan kami menuju Warpat bisa dibilang sangat monoton. 

Kondisi jalanan yang macet, menciptakan pola Gas -> Rem -> berhenti, begitu terus sampai di Bogor. 

Setelahnya, jalanan sudah cukup sepi. Sehingga kami bisa memacu secara maksimal tunggangan kita.

Nongkrong di Warpat

Singkat cerita, kami sampai di Warpat jam 11:00 malam, kami mampir di warung yang paling pojok, deket wc umum. 

Disitu saya cuman pesen jaesu. Sedangkan yang lain pesen macem-macem.

Maklum, kantong mahasiswa belum terlalu tebal. Harus ngirit. 

daftar menu


Di warung ini kami menikmati makanan dan minuman yang telah di pesan, sembari menikmati langit yang indah penuh bintang kala itu.

Tak lama ada seorang pengamen datang menghampiri, ia menyanyikan lagu dari grupband Peterpan yang udah ganti nama jadi Noah.

Saya sedikit penasaran, ketika band ini ganti nama. Kira-kira bikin bubur merah sama bubur putih gak ya?

Suara dari pengamen ini cukup merdu, ditambah suara yang serak-serak basah, entah begitu karakter suaranya atau karena harus menyanyi sejak pagi tadi.

Entahlah..

Pengamen tersebut, menerima pemberian kami tanpa memaksa. Beberapa sahabat, ada yang ngasih 2000 ada yang ngasih sebatang rokok, ada yang ngasih seribu, ada juga yang gak ngasih.

Ketika rasa lelah mulai menghampiri. Dua orang sahabat pergi untuk survey Villa/Vila untuk kami beristirahat. Kedua sahabat tersebut ialah, Raja dan Uwin.

Tak lama setelah pengamen yang tadi pergi, datang lagi 3 pengamen. Namun masih satu grup, mereka entah menyanyi lagu apa, saya-pun tak tau. 

Pengamen yang satu ini agak maksa, jike belum dikasih dengan yang mereka inginkan. Mereka akan terus menyanyi sembari menganggu kami.

Ada yang sering kesel juga gak sama pengamen yang suka banget maksa biar dikasih?

Raja dan Uwin kembali, ia mengatakan dapat Villa dengan harga Rp 300.000. Karena kami sudah mulai males dengan pengamen yang silih berganti datang. 

Kami segera beberes untuk pergi ke villa yang sudah di sewa mereka berdua.

Sebelum pergi, kami bayar dulu tentunya. Saya cuman jajan Rp 10.000 begitu juga dengan Fahmi. Yang lain banyak-banyak banget deh pokoknya.

Urusan bayar-membayar selesai kami pergi ke villa yang tadi sudah disewa. Ketika akan pergi, kami dikenai biaya parkir Rp 5000/motor. 

Lokasi villa yang kami sewa tak jauh dari warpat. Sekitar 5 menit, bahkan kurang kayaknya.

Istirahat di Villa

gambar villa

gambar villa

Seperti itulah penampakan villanya, semacam kos-kosan sahabat saya. Dengan 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi tanpa ada dapur.

Kasurnya-pun kurang nyaman, ada yang keras dan ada yang lembek, mungkin yang keras ini per-nya sudah banyak yang rusak, intinya kurang nyaman.

Beberapa dari kami langsung tidur, Uwin si raja tidur di kelas, ia langsung terpejam. Beberapa dari kami ada yang main game, ada yang telfonan, ada yang hanya bengong sambil merokok.

Semakin lama satu-persatu dari kami tumbang, tinggal beberapa orang yang tidak tidur, salah satunya saya. 

Saya sudah bilang ke anak-anak bahwa nanti pagi shubuh harus sudah pulang. Alasannya, karena ijin pergi ke orangtua hanya sampai pagi dan motor si Leno mau dipake ke Bekasi.

Saya sempet mau tidur. Tapi mikir lagi kalau saya tidur yang ada malah bangun siang semua.

Akhirnya, nyari kesibukan, main game-lah, ngerokok-lah, ini-lah, itu-lah.

Sampai akhirnya shubuh-pun datang, saya bangunin Kuple, dan Faizi. Karena katanya, Faizi juga mau ikut pulang. 

Oya, karena Faizi berboncengan dengan Angger saya juga membangunkannya. Siapa tau mau ikut pulang, tapi katanya tidak. 

Faizi juga mengatakan akan kembali kesini lagi setelah urusannya selesai. Jika sempat.

Setelah mereka siap, saya buka pintu itu villa. Allahu akbar, sunrise yang begitu indah terlihat.

Ple…ple sunrise ple. Saya mengabadikan sunrise yang indah itu. Kuple juga segera mengeluarkan gadgetnya.

foto sunrise

Kami ngambil motor yang dititipkan lahan kosong milik warga, yang sengaja disediakan untuk parkir, biaya parkir-pun sama seperti di warpat Rp 5.000.

Berharap yang punya lahan belum bangun, saya dan faizi mengeluarkan motor dengan pelan. Tapi ternyata ibunya udah bangun, “mas parkirnya mas”..

Hmm.. Gak jadi gratis deh :)

Perjalanan Pulang

Waktu pulang saya yang mengendarai motornya, saya berboncengan dengan Kuple dan Faizi sendiri. 

Dengan kondisi belum tidur, perut keroncongan, suhu yang dingin, kerap kali membuat tangan saya bergetar tanpa sebab.

Mungkin ini yang di maksud oleh dosen Biologi. Untuk menormalkan suhu tubuh, tubuh bereaksi dengan cara menggigil agar menghasilkan panas.

Saya kendarai motor Leno dengan pelan.

Karena mang jalanannya turun kan, sekalian irit bensin. 

Setelah kita sampai ke kota, baru gua bawa agak ngebut agar cepet sampe, suhu udah gak dingin.

Di kota bogor, kami berencana sarapan dulu. Tapi, Faizi entah dimana dia. Pagi itu yang ada hanya bubur ayam, warung nasi belum ada yang buka.

Akhirnya kita memutuskan untuk makan bubur ayam aja, di pinggir jalan. Lokasi pastinya entah apa namanya. Bubur ayam yang kami beli dihargai Rp 10.000 untuk satu porsi.

Lagi enak makan, kami liat Faizi lewat dengan fokusnya ia mengendarai motor. 

Setelah selesai makan, masih saya yang mengendarai motor. Cuman sebntar aja kok.

Karena, sampai jalanan Parung yang atasnya jalan tol, saya minta gantian. Ngantuk banget.

Kuple di depan, saya dibelakang sambil merem melek. Sewaktu jalan saya sempet tidur, dan mimpi ada pengendara disebelah yang standard motornya belum di naikin.

Saya-pun terbangun dan melihat sekeliling. Ternyata tak ada pengendara motor yang seperti itu.

Disitulah saya baru sadar kalau tidur.

Singkat cerita, kami sampai dikosan leno jam 07:50. Dia sudah bersiap untuk pergi ke Bekasi, dan lagi sarapan.

Kami minta ijin buat numpang tidur sebentar.. kami terbangun jam 10:00 karena berisiknya leno dkk yang sedang asyik mengcover lagu.

Mau kesel gak bisa, akhirnya saya ikut nyanyi dan bangunin si Kuple.

Budget untuk perjalanan kali ini

  • Isi Bensin motor 2 kali @10.000
  • Jaesu @10.000
  • Rokok 18.000
  • Bubur ayam @10.000/porsi

Budget di atas pengeluaran adalah pengluaran saya, kalau Kuple dan yang lainnya gak tau, hehehe.

Selalu ada cerita dibalik sebuah perjalanan. Baik suka, duka, lucu, kesal, dan lainnya.

Jangan pernah takut untuk keluar dan melihat indahnya Indonsia.

See you!