curug sumba purbalingga

Sebelum mendaki gunung, Curug Sumba menjadi tempat latihan kami.

Setelah hari raya idul fitri, kami yang terdiri dari 18 orang berencana mendaki Gunung Slamet. Mendaki gunung Slamet itu artinya kami akan menapakan kaki pada gunung Tertinggi di Jawa Tengah

Sebelum mendaki, tubuh harus melakukan pemanasan lebih dulu. Tujuannya agar nanti ketika mendaki, tubuh kita sudah siap melakukan aktivitas yang berat. 

Kamu pemanasannya ngapain? Jogging? Olahraga? Mana maen.. Main ke Curug lah, baru maen..

Dan inilah kisah pemanasan untuk tubuh kami sebelum menantang jalur gunung Slamet.

Berkunjung ke Curug Sumba Purbalingga

Yang namanya rencana, itu susah banget terealisasi, iya gak sih?

Kami, telah sepakat untuk untuk kumpul di rumah saya pada tanggal 10 Juni 2019. Namun atas dasar kesibukan dan rintangan lainnya. Banyak yang tak sesuai harapan awal. Alesan!

Bukan petualang namanya, kalau harus stuck dengan rencana. Jika ada hal yang tak sesuai rencana, malah kadang bisa bermanfaat dan muncul petualangan baru yang tak terduga. Dan itu terjadi pada kami!

Ide pemanasan sebelum mendaki gunung muncul secara tiba-tiba. Karena sampai tanggal 8 Juni, baru 7 orang yang sudah berkumpul. Sisanya masih dalam perjalanan dan menyiapkan alasan lainnya (mungkin). 

Pada malam hari, Kuple memberikan ide untuk menikmati mandi pagi dengan cara yang berbeda. 

"Gimana kalau kita besok mandi di Curug?" 

Pertanyaan yang keluar pada malam hangat itu mendapatkan respon positif dari teman-teman yang lain. Dalam hati saya kurang setuju dengan ide yang muncul itu.

Sebagai tuan rumah, saya merasa bingung untuk mengakomodir kami bertujuh untuk bisa mandi di curug. Persoalan transportasi adalah kendala utama. 

Untuk motor saja cuman ada 1, dan itu aktif untuk mencari nafkah. Ada satu lagi sebenarnya, mobil dengan bentuk compact SUV dari Suzuki. Nama mobilnya Katana.

Mobil Katana ini milik om saya, dan hanya berkapasitas maksimal 5 orang. Kamu mungkin akan berpikir, bahwa soal transportasi sudah beres. Karena ada 1 mobil, dan 1 motor.

Itu juga yang saya pikirkan awalnya. Namun ternyata salah, harapan saya pun musnah. Karena besok paginya, motor matic tante saya digunakan untuk kerja.

Jadi hanya ada 1 kendaraan dan 6 orang lainnya menaruh harapan yang besar. 

Apakah mobil Katana milik om saya mampu membawa kami bertujuh menuju Curug Sumba?

Saya pun akan berteriak jika bernasib sama!

Suzuki katana
Ilustrasi Katana om saya (Web/GridOto.com)

Pagi hari pun tiba, dan kami harus mandi di curug, hanya karena 6 orang telah bersepakat. Sial memang sial jadi tuan rumah, mau gak mau harus mengikuti kemauan sang tamu.

Meskipun yang jadi tamu gak mikirin perasaan tuan rumahnya. Nasib..nasib.

Akhirnya, tak ada pilihan lain untuk menata dengan rapih cara kami duduk dalam mobil compact SUV itu. Bisa dibilang Katana om saya itu overload karena dipaksa untuk mengangkut 7 orang, dan seharusnya dia hanya sanggup mengangkut 5 orang.

"Tetel" ada yang pernah dengan kata itu? kalau di Bahasa Jawa, artinya "Tekan". 

Dengan terpaksa saya harus memaksa Katana itu untuk berjuang lebih keras lagi, dan mengangkut kami bertujuh ke Curug Sumba. 

Sekitar 20 menit dari rumah, sampailah kami di Curug Sumba. Dulu, waktu belum dikelola dengan baik tidak ada biaya masuk untuk ke Curug ini. 

Paling kita cuman modal bayar parkir aja, itu pun kalau yang jaga parki lagi butuh uang. Kalau lagi gak butuh uang ya.. Kita gak perlu keluar uang sama sekali.


team curug sumba
Dari kiri: Dimas, Dede, Elang, Kuple, Leno, Saya, dan Meymey

Biaya masuk curug Sumba yang harus kami bayar ialah Rp 5.000/orang dan parkir mobil sebesar Rp 5.000, kalau parkir motor kemungkinan sama biayanya dengan mobil. 

Kalau tidak salah, waktu itu di karcis Cuma tertera “parkir tempat wisata curug sumba, sebesar Rp 5.000” (Maaf ya kalo kurang lengkap, lupa difoto. Hehehe)

Pelatihan di Curug Sumba


Curug Sumba adalah salah satu dari sekian banyak curug yang ada di KabupatenPurbalingga. Curug Sumba beralamatkan di Desa Kemojing Tlahab Kidul, Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah 53357

Kalau kamu penasaran dan pengin main, kamu bisa kesana dengan panduan Google Maps. Kalau kamu bingun mau singgah dimana? Kamu bisa menghubungi saya, dan jika saya sedang beradai di Kampung Halaman, saya pasti akan menemanimu!

Lanjut jangan nih? Lanjut aja deh!

Pada saat kami sampai, curug sumba ini sudah terkola dengan baik. Ada taman, warung, jalan menuju curug-pun sudah di buat seperti tangga. Kalau dulu sebelum dikelola, semuanya masih sangat alami. Jalanan menuju curug pun dihiasi rumput liar yang tinggi-tinggi.

Cuman sekarang, sudah terkelola dengan baik dan menjadi sumber penghasilan bagi warga sekitar. Sehingga penampilannya pun harus menjadi perhatian utama. 

foto jl bareng jadian ngga
Jadian apa jadian, kasian amat...

Kayaknya udah jadi tren di setiap tempat wisata deh.. HARUS ADA TULISAN GALAU!

Kayak kurang aja gitu, kalau tempat-tempat healing gak ada tulisan galau, setuju gak?

Tak lama setelah disambut dengan tulisan galau, kami sampai di curugnya. Seketika, kami langsung sibuk dengan ritual masing-masing. 

Ada yang video call pacarnya, ada yang setting kamera, ada juga yang diam mematung melihat keindahan alam ciptaan Tuhan.

Banyak yang bilang waktu paling tepat berkunjung ke curug Sumba pada saat musim kemarau. Debit air yang tidak terlalu tinggi, sehingga akan tempat jatuhnya air akan membentuk kolam dengan keindahan luar biasa.

Tapi kalau kamu kesini saat musim hujan, keindahan dari curug Sumba kurang terlihat. Jadi, saya lebih menyarankan untuk berkunjung ke curug Sumba pada musim kemarau.

Foto-foto indah yang kami ambil selama pelatihan di curug Sumba menjadi senjata kami untuk mengejek teman-teman yang telat datang.

Nah, kalau kamu ingin berkunjung ke curug Sumba, jangan lupa kabarin saya ya..

See you!