Berhenti sejenak di tulisan welcome to Bandung

Bandung yang selalu kurindu tak pernah gagal menyihir diri ini. 

Pertemuan pertama saya dengan Bandung adalah akibat dari kenekatan yang bermodalkan Rp 200.000.  Saat itu juga saya langsung jatuh cinta dan dibuat selalu rindu.

Saya pun heran, apa yang menyebabkan saya selalu rindu terhadap Bandung. Apakah susana kotanya, sejarahnya, tempat wisata alam yang melimpah atau yang lain.

Setiap orang pasti memiliki kenangan yang tak terlupakan ketika berkunjung ke suatu daerah, sama halnya dengan saya kepda kota Kembang. Bagi saya, Bandung bukan sebatas kota besar di Indonesia. Tapi kota yang sarat akan sejarah perkembangan Tanah Air.

Namun pertemuan pertama saya dengan kota Bandung sangatlah singkat. Belum sempat saya menjelajah setiap sudut kota yang penuh keindahan ini.

Namun dua tahun kemudian saya memiliki kesempatan untuk mengexlore lagi keindahan kota Kembang. Kali ini, saya kembali ke Bandung dengan tugas penting dari universitas, yaitu magang.

Memiliki waktu satu bulan untuk menghabiskan waktu di kota Bandung membuat saya sangat bersemangat menjalani hari-hari, yahh meskipun pada awalnya terasa berat dan kesepian. 

Perjalanan Menuju Kota Kembang

Ilustrasi perjalanan menuju kota Kembang

Saya berangkat dari Jakarta pada pukul 21:51 dan tiba di kota Bandung pada pukul 01:00, waktu yang saya habiskan dalam perjalanan sekitar 3 jam lebih sedikit. 

Sesampainya saya di kota Bandung, saya langsung mengunjungi teman lama. Kami dipertemukan melalui salah satu agenda organisasi yang kami ikuti, yaitu Latihan Instruktur Dasar (LID)

Kami bertemu dengan kondisi yang berbeda, saya yang datang sebagai seorang peserta dan kang Candra sebagai seorang instruktur. Namun perbedaan status dalam acara LID tersebut tidak menciptakan tembok pembatas diantara kami.

Pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh kang Candra adalah “Alif udah makan?”. Awalnya saya sedikit malu-malu, namun berakhir lantang dengan jawaban “Belum kang!”. 

Akhirnya kami berdua mengelilingi kota Bandung dini hari untuk mencari pedagang makanan yang masih berjualan. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah warung nasi goreng yang menyalakan radio berbahasa sunda dengan bergitu kerasnya.

Yang paling saya nikmati dan cintai ketika bepergian adalah proses perjalanan sampai ke suatau tempat dan obrolan yang terjadi bersama siapapun. 

Karena dari obrolan sederhana yang tercipta terselip sebuah ilmu atau pengetahuan baru, apapun itu bentuknya. Semakin sering bertukar pikiran dengan seseorang yang ditemui dalam perjalanan, semakin luas wawasan kita.

Sembari menunggu pesanan kami berdua dihidangkan di meja, kami sedikit berdiskusi terkait organisasi, dan kondisi kota Bandung. Tak kalah penting pula untuk didiskusikan adalah rekomendasi tempat wisata yang wajib dikunjungi ketika berada di Bandung. 

Kondisi kota Bandung di tengah-tengah Perlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tidak seperti kota mati. Sebab, setelah pukul 21:00 kehidupan mulai normal di Kota Kembang. 

Kondisi ini mungkin terjadi akibat kasus Covid-19 yang mulai melandai. Sehingga kehidupan masyarakat Bandung mulai kembali normal.

Bergabung dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah Keputusan Terbaik Saya!

Sekre IMM Bandung tempat saya menginap selama di Bandung
Sekre IMM Bandung tempat saya menginap selama di Bandung

Obrolan kami malam itu dilanjutkan mengenai organisasi yang kami berdua ikuti, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Karena melalui organisasi inilah kami dipertemukan dan menjadi seorang sahabat yang saling support. 

Kang Candra menjelaskan bahwasanya dalam waktu dekat IMM komisariatnya akan mengadakan Darul Arqam Dasar yang menjadi gerbang bagi para mahasiswa baru untuk bergabung bersama kami.

Selepas itu, makanan kami datang, sehingga diskusi itu kami sudahi dulu dan beralih untuk menikmati nasi goreng kota Bandung. Sensasi menyantap sepiring nasi goreng bertemankan suara bising dari radio dengan pengantar bahasa Sunda yang kental menambah semangat. Dalam hati saya teriakan kalimat.

Inilah perjalanan awal saya menjadi orang Bandung asli!

Selepas urusan perut teratasi, kami bergegas pergi menuju sekertariatan IMM Komisariat FEB UMB, yang mulanya masih bernama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah, di jalan karapitan berhadapan dengan Universitas Lalangbuana.

Ketika berada di sekre, saya tidak langsung istirahat. Namun melanjutkan perbincangan kami dan ditemani secangkir kopi. Mengobrol kurang lengkap rasanya jika tak ditemani kopi.

Travelling memang terkesan lebih mudah ketika kita memiliki kenalan di kota yang akan dituju. Tapi, apakah teman-teman pernah memikirkan bagaimana caranya agar memiliki teman di kota lain. 

Kekuatan relasi yang diperoleh dari berorganisasi memiliki dampak positif di saat-saat tertentu. Saya sudah membuktikannya sendiri! Sebab dalam organisasi kita akan belajar bagaimana caranya membangun relasi.

Permasalahan utama dalam menjalin relasi adalah memulai obrolan bukan? Dulu saya pun begitu. Namun kondisi itu berubah ketika saya membaca buku Bicara Itu Ada Seninya dan mempraktekannya dalam kehidupan organisasi.

Apakah hanya sebatas organisasi saja?

Tentu tidak! Menjalin relasi dengan orang lain tidak hanya sebatas dalam organisasi. Namun dengan berorganisasi akan memperbesar kemungkinan untuk mendapatkannya. Sebab kita akan terbiasa bertemu dan mau gak mau harus berinteraksi. 

Kondisi inilah yang membuat kita berani untuk melampui batasan yang kita ciptakan sendiri. Kalau kamu belum berorganisasi, kamu juga tetap bisa menjalin relasi dengan orang lain yang kamu temui dalam perjalanan.

Karena kebanyakan traveller yang belum punya teman di kota tujuan, akan mencari teman melalui obrolan yang dilakukan dengan orang lain ketika di perjalanan. Semisal ketika berada di stasiun, terminal, warung kopi, angkringan dan lainnya. 

Keuntungan Menjadi Traveller

Keuntungan menjadi seorang traveller

Menjadi seorang traveller memiliki keuntungan tersendiri. Beberapa keuntungan akan kamu rasakan secara langsung, dan beberapa secara tidak langsung.

Salah satu contoh keuntungan secara langsung yang bisa kamu dapatkan adalah mendapatkan teman baru. Sebab, banyak orang yang bisa saja jadi teman baru di kota tujuan, dan mendapatkan kemurahan hatinya untuk ikut sejenak bernaung di kediamannya nantinya.

Kurang lebih seperti itulah keuntungan yang teman-teman akan dapatkan jika berpetualang. Sibukan diri dengan belajar agar komunikasi lancar, perdalam lagi wawasan terkait kota tujuan agar tidak terlalu buta, serta persiapkan mental dengan matang. 

Segala kemungkinan yang akan terjadi selama perjalanan berlangsung menjadi sebuah keseruan tersendiri bagi para pejalan. So, let’s explore our country bro!

See you!