Gini rasanya mendadak camping di Bukit Kapur Ciampea.
Beberapa waktu yang lalu saya diajak
camping di bukit kapur yang terletak di Bojong Rangkas, Ciampea. Ajakan ini
saya terima secara mendadak, ketika saya sedang main ke kos salah satu senior
di kampus yang memang suka dengan kegiatan di luar ruangan.
Pada awalnya saya
ragu untuk menerima ajakan dari beliau dikarenakan kondisi rumah yang sedang
sepi karena pakde dan bude pulang kampung tersisa kami berdua saya dan kaka
sepupu.
Jikalau saya pergi untuk camping bersama
mereka berarti kaka saya harus tidur sendiri dirumah, yang membuat saya
khawatir adalah kaka sepupu saya ini perempuan, mana mungkin saya pergi dengan
meninggalkan perempuan sendiri dirumah.
Karena hati ini ingin sekali pergi untuk
menikmati suasana malam di ketinggian, akhirnya saya pulang sambil berharap ada
saudara yang menginap dirumah.
Mungkin do’a saya di sepanjang perjalanan pulang
terkabul, sesampainya dirumah ada saudara yang menginap dirumah. Rasa ragu yang
datang seketika menghilang, akhirnya bisa merasakan malam di ketinggian setelah
sekian lama (dalam hati)
Selepas makan saya langsung meminta izin
kepada kaka sepupu saya bahwa saya akan tidur di puncak bukit kapur. Setelah
mendapatkan izin, saya langsung mengabari senior saya kalau ikut pergi camping,
dan menanyakan perlengkapan apa saja yang kurang untuk keperluan camping kami.
Selepas packing saya langsung pergi ke
kosan senior saya yang tak jauh dari kampus, ternyata saya sudah ditunggu oleh
kawan-kawan,
“lama lu, dari tadi ni nugguin “ gumam
beliau
Kami berenam (saya,Bang Eko,Bang
Slink,Bang Amir,Dimas, dan iqbal) langsung menuju ke lokasi basecamp
pendakiannya.
Perjalanan
Di kegiatan outdor yang saya lakukan baik
sendiri maupun beramai-ramai pasti ada cerita unik di perjalanan menuju
basecampnya. Ketika kami sampai di parung, di suatu titik pada jalanan tersebut
ada razia gabungan yang diselenggarakan oleh polisi dan dishub, motor yang
ditunggangi oleh dimas dan iqbal di berhentikan oleh polisi guna pengecekan
kelengkapannya
Namun sial, dimas yang berasal dari Riau
belum memiliki SIM, setelah kejadian tersebut si dimas ini nampak panik dan
keluar keringat dinginnya, kami berlima hanya mentertawakannya. Ekspresi dia
selepas razia tersebut amatlah lucu masih terbayang hingga sekarang. Setelah
kejadian tersebut dimas tidak mau lagi menjadi “joki” motor bang slink, masih
deg-degan kali yak.
Sekitar 1,5 sampai 2 jam perjalan kami
sampai di basecamp pendakiannya, oh ya sebelumnya kami mampir dulu di alfamart
untuk mengisi kebutuhan logistik kami selama camping. Selepas belanja kami
ngobrol sambil istirahat sejenak, ya karena kami ini orang yang receh, jokes
apapun yang dilontarakan pasti lucu-lucu
Seperti, “alfamart sama indomart bulan
depan mau milad bal,dim”ujar bang eko
Mereka berdua terlihat kebingungan sambil
berpikir keras, kita berempat nahan ketawa biar gak ketauan jokesnya.
“iyalah kan alfamaret dan indormaret”
sambung beliau
Kami semua tertawa lepas melihat
kepolosan mereka berdua, lebih ke bego sih.. tak mau kalah si dimas juga
membuat jokes. Tahu kan papan yang biasanya ada di kedua mini market ini, yang
“Motor harap di kunci ganda” oleh dimas kata-kata ini dirubah sedikit
Sambil menunjuk papan tersebut dengan
nada jametnya “Motor harap di kunci, kanda…” buat kawan yang belum tau “kanda” adalah panggilan terhadap kaka
tingkat atau senior di Organisasi kami.
Dirasa cukup beristirahatnya kami-pun
melanjutkan perjalanan yang tinggal sebentar lagi. Tak lama setelah kami
beristirahat di mini market tersebut, sampailah kami di basecamp pendakiannya.
Kondisi basecamp saat itu tergolong sepi (mungkin karena sudah malam) hanya ada
petugasnya saja yang sedang nongkrong-nongkrong sambil bergurau
Kami diarahkan ke tempat parkiran
motornya, ternyata eh ternyata ada banyak sekali motor di area parkir tersebut,
menandakan ada banyak rombongan yang mendaki pada hari itu juga. Singkat
cerita, kami-pun melakukan registrasi dengan rincian biaya Rp 10.000 setiap
orangnya dan Rp 5.000 untuk biaya penitipan motor.
Bang slink yang sudah sering
kemari mencoba untuk menawar karena tadi di jalan motor yang ia tunggangi di
berhentikan oleh pak polisi maka budget yang ia bawa-pun berkurang karena harus
bersedekah ke polisi tersebut 😊
Cukup
alot negosiasi antara bang slink dengan pihak basecamp, alhasil biaya penitipan
motornya dihilangkan karena dinilai mereka yang menjaga motor-motor tersebut,
kalau registrasi perorangannya tidak bisa dikurangi karena ada jaminan yang
kita terima dari registrasi tersebut
Trekking
Setelah rampung dengan segala urusan
administrasi dengan pihak basecamp, sebelum melakukan pendakiannya. Saya
mencoba untuk test kamera yang saya bawa, dan beginilah beberapa hasil jepretan
dari kamera yang tergolong cukup tua Cannon 1000D
Karena males buat setting-setting
tanggal, alhasil tanggal di kamera tersebut di tahun 2008 sedangkan bulan dan
harinya saya lupa. Dirasa istirahat kami cukup di basecamp kami-pun sepakat
untuk memulai pendakian di malam itu.
Trek dari basecamp menuju pintu rimbanya
masih melintasi aspal dilanjutkan dengan tanah dan batuan kerikil kemudian
tanah merah yang lengket (sehabis turun hujan) melewati lapangan dan jalur moto
croos mungkin.. kurang paham juga sih
Setelah itu sampailah kami di pintu
rimba, karena kami nge-trek di tengah malam. Alhasil kami hanya melintas dan
beristirahat di gubuk yang ada di jalur pendakian tersebut. Disini bang slink
sedikit ngasih arahan mengenai jalurnya, karena setelah melewati pintu rimba
tersebut tak ada ampunnya atau nanjak terus.
Kami Menyusun komposisi yang pas
di jalur pendakian, siapa yang berjalan di depan, siapa yang dibelakang, dirasa
cocok dan pas kami-pun melanjutkan perjalanan.
Katanya sih perlu waktu 30 menit untuk
sampai di puncaknya, katanya yaa.. barang katanya bisa bener bisa tidak. Benar
saja, jalur yang kami lewati tidak ada ampun, bonus-pun tak ada. Ditambah lagi
kondisi trek tanah merah dan batuan kapur yang menemani ditambah lagi sehabis
turun hujan, sungguh menyulitkan langkah kami dalam berjalan.
Yang ada difikiranku waktu itu adalah
turunnya gimana nanti, tanjakannya yang lumayan curam di tambah cuaca yang
kurang menentu membuat hati ini was-was akan keselamatan.
Saya dan bang eko berada di paling
belakang, bang slink berada di tengah karena beliau yang tau tentang jalurnya.
Oiya, diantara kami ber-enam ada 3 orang (bang amir,dimas.iqbal) yang bisa
dibilang pemula 2 diantaranya adalah pengalaman pertama.
Ada hal yang mendebarkan selama kita
berjalan ini, di suatu titik dengan kondisi kemiringan trek yang lumayan, HP
bang slink hampir jatuh ke jurang karena kesenggol tangan Iqbal yang baru saja
menyelesaikan tanjakan yang cukup curam, tak lama setelah kejadian tersebut
sampailah kami di puncak bukit kapur
Di puncak bukit ini ternyata sudah banyak
pendaki lain yang sudah mendirikan tenda, kalau tidak salah kami sampai di
puncak sekitar jam setengah dua atau jam dua malam. Setelah kami berehat sejenak,
pendirian tenda-pun dimulai.
Saya yang mengawali mendirikan tenda dengan alasan
biar enak ngobrol dan ngasonya, Ketika semuanya sudah tersusun dan berdiri
rapih makin mantap kita males-malesanya di tenda
Ada hal yang membuat saya cukup geram
terhadap kelakuan bang slink yang slalu pamer dan sombong dengan tenda Merapi Mountain-nya.
“nih lip cara cepat menyatukan frame” (dengan
mimik muka yang tengil ia melemparkan framenya, dan langsung menyatu semua)
maklum lah frame alloy.. kalian tahu lah gimana keunggulan frame jenis ini.
“iya bang,iya tau lah tenda mahal,, biasa
aja dong anjengg” gumamku. Setelah urusan pertendaan kelar, kami memasak alakadarnya
untuk penunda lapar dan kawan mengobrol di tengah sinar rembulan penuh. Kami mengobrol
hingga pagi sampai tak sadar satu-persatu dari kita mundur dan beristirahat di
tenda. Sampai jumpa besok pagi!!
Pagi kami dibangunkan oleh teriknya Mentari
dan suara bising tetangga selepas menikmati sunrise. Ya memang, bagi kami
bangun pagi di ketinggian hanyalah sebuah ketidakmungkinan yang slalu kami
usahakan untuk menikmati indahnya Mentari muncul untuk memenuhi tugasnya.
Bukan
hanya pendaki saja yang berada di puncak bukit itu, ada juga segerombolan
monyet yang entah ngapain di puncak itu, masa iya untuk berjemur ? atau mungkin
memalak makanan dari para pendaki, entahlah hanya mereka dan tuhan yang tau..
Makin lama makin terik sang Mentari bersinar
membuat kami memutuskan untuk segera berberes dan lekas turun selepas sarapan. Sarapan
kami waktu itu hanyalah mie,kopi,roti,dan rokok. Setelah semuanya beres dan
puas berfoto-foto kami-pun memutuskan untuk turun karena sudah tidak kuat lagi
dengan panasanya hari itu dan khwatir ada helicopter yang sedang Latihan,
begitu kata penjaga basecamp sebelum kami berangkat.
Ketika kami turun carier masih dibawa
oleh Iqbal, memang dia lagi kami latih menjadi seorang porter, maklum lah kita
udah pada tua. Waktu yang dibutuhkan untuk turun memang lebih cepat sih
ketimbang naik. Namun, resiko yang kami hadapi lebih besar Ketika turun karena
curam banget cuyy
Waktu kami turun kami bertemu dengan sekumpulan
anak sd yang sedang berekreasi ke bukit kapur ini didampingi dengan gurunya
tentunya. Saya sangat setuju untuk mengenalkan alam kepada anak Ketika ia masih
muda, sehingga nantinya ia akan jauh bisa menjaga alam ini nantinya. Om eko (begitu
saya mengajarkan kepada anak-anak sd ini) menyemangati anak-anak kecil ini biar
tidak terlalu fokus kepada trek yang ia hadapi.
Sesampainya kami di basecamp, kami langsung
memasak makanan berat untuk mengganti tenaga yang sudah terbuang (diatas tadi kita
kekurangan bahan makanan dan alat pendukung untuk memasak).
Udah dulu ceritanya yaa … Masih banyak cerita lainnya dari Insanus Mlaku yang gak kalah seru dan menarik. Yuk eksplore bareng.
See you!
0 Komentar
Bagaimana petualangannya?