Misteri Tenda Organisasi

Dua tahun silam saya dan seorang teman mendaki gunung slamet demi kepentingan mencari sebuah tenda organisasi yang kabarnya hilang. 

Salah satu teman saya yang satu organisasi melihat tenda tersebut berada di pos 2 gunung slamet viat bambangan di sebalah atas paling kanan. 

Buat kawan yang belum pernah mendaki ke gunung slamet, jadi di pos 2 itu tempat campnya gak sejajar, ada perbedaan tinggi kaya undak-undakan lah

Nah si tenda organisasi ini berada di tempat yang paling tinggi di paling pojok sebelah kanan. Ciri-ciri tenda yang dilihat sama teman saya itu sama persis dengan tenda yang di kabarkan hilang, terlihat jelas dari logo organisasi yang ada di tenda tersebut. 

Waktu itu satu anggota organisasi kelimpungan mencari si tenda ini, karena catatan inventaris dan barang yang ada gak sesuai ada satu tenda yang emang gak ada, bukannya rusak atau apa ya kawan, emang gak ada.

Setelah mendapat kabar baik dari teman saya angkatakan kami yang sedang menjabat (teman saya yang ngabarin itu beda angkatan di organisasi tapi kalau di sekolah masih satu angkatan, jadi saya masuk ke organisasi ini barengan sama angkatan ade kelas). 

Kami langsung ribet itu diskusi di grup tentang informasi yang didapatkan, salah satu cara untuk mengetahuinya ya cuman satu, pergi ke lokasi.

Pada saat itu teman angkatan saya banyak yang gak bisa karena satu dan lain hal, mereka memutuskan untuk pergi ke lokasi itu 2 hari setelah informasi tersebut kami dapatkan, pikirku kalau udah lewat 2 hari mungkin aja tenda itu udah pindah tempat lagi, mungkin di gondol orang sewaktu turun, atau kemungkinan-kemungkinan lain yang bakalan terjadi kalau gak cepet-cepet di datengin.

Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke pos 2 itu malamnya, PR-nya adalah gak mungkin saya pergi sendiri, gak bakalan dibolehin juga. 

Akhirnya saya mengajak satu teman dari organisasi lain untuk ikut menemani mencari si tenda ini (pacarnya dia satu organisasi sama saya). 

Ketika saya ajak ia sempat berfikir, ya biasa lah kendala pelajar WAKTU ADA, DUITNYA SUSAH.

Saya menyakinkan dia bawa uang seadanya aja, nanti kurangnya saya tambahin. Udah terlanjur cinta sama organisasi ini jadi rela berkorban, begitulah kira-kira. 

Kalau di-ibaratkan organisasi saya seperti kekasih dan saya tengah di mabuk cinta

setelah masalah perizinan dan pendanaan selesai, kami langsung prepare untuk kesiapan pergi ke pos 2 itu, tujuaannya memang ke pos 2 nyari tenda, gak ada niatan sama sekali untuk muncak. 

Perbekalan kami ala-ala orang tek-tok, bawaan seringan mungkin tanpa meninggalkan unsur safety, diadopsi dari prinsip pendakian ULTRALIGHT

singkatnya kami sampai di basecamp bambangan, disana kami bertanya-tanya kepada pihak basecamp dan pendaki yang baru saja turun. 

Mereka lihat atau tau soal tenda yang berada di pos 2, dengan ciri-ciri yang kami sebutkan. Kebanyakan dari orang yang kami tanyai ini mengatakan hal yang sama, “saya tau dan saya lihat” seketika kami langsung semangat, apa yang kami cari ternyata ada di pos 2

kala itu saya langusng meminta untuk start trekking biar gak membuang waktu dengan percuma, namun partner saya ini meminta untuk beristirahat sejenak sembari ngopi dan ngobrol santuy di warung depan basecamp, dan kami sepakat akan start trekking pukul 9 malam.

Jam 9 malam-pun tiba, kami start trekking dengan ngebut, biasanya dari basecamp ke pos 1 itu memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. 

Jarak itu kami tempuh selama 50 menit, di pos 1 ini kami agak nyantai sebentar untuk sebatbut. Sehabis berhenti merokok di pos 1 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2, di tengah perjalanan perut saya keroncongan, padahal udah makan tadi sebelum mendaki

Suhu udara tiba-tiba menjadi sangat dingin, kami-pun memasak teh hangat dengan gula extra untuk mengganti energi tubuh. 

Perjalanan kami selanjutnya dilalui dengan santai. Singkatnya kami sampai di pos 2, saya langsung mencari ke semua sisi di pos tersebut. Sialnya tenda yang kami cari, yang orang lain lihat, tidak ada. 

Apakah informasi yang kami dapatkan dan kumpulkan itu ternyata salah?

Oke, habis itu saya mengajak partner saya ini untuk ikut menyisir segala sisi di pos 2 itu, tapi hasilnya tetap nihil, sampai tempat paling gak mungkin untuk mendirikan tenda udah kami sisir, hasilnya nihil

sosok perempuan

Pikiran saya sudah mulai negatif, dibarengi dengan ingatan akan kejadian mistis yang ada di pos 2 ini, dulu jaman ayah saya masih mendaki dan masih menjadi SAR UBALOKA, beliau pernah me-rescue pendaki yang terpleset sehabis turun dari puncak, nah ketika beliau sampai di pos 2 ini, beliau mendengar tangisan perempuan.

Karena penasaran, beliau kontek-kontekan dengan orang yang ada di basecamp dan menceritakan hal yang dialaminya.

Orang basecamp tersebut meminta ayah saya, untuk mengecek jenazah yang sedang di evakuasi, apakah sudah tertutupi dengan sempurna? 

ketika di cek ternyata bagian sepatunya masih kebuka, dan orang basecamp meminta agar ayah saya segera menutupnya, ketika bagian tersebut di tutup, tangisan perempuan itu menghilang.

Beliau penasaran, dan menyakan hal apa yang pernah terjadi, kata orang basecamp nanti saja kalau udah di bawah. 

Ketika beliau sudah dibawah, beliau menagih janji tersebut. Orang basecamp-pun menceritakan. Jadi di pos 2 itu pernah ada tragedi pemerkosaan, ada satu rombongan berisi satu perempuan dan dua orang laki-laki, nah si perempuan ini di perkosa dan jasadnya dibuang ke jurang di pos tersebut, Al-fatihah untuk si perempuan ini. Amiin

Balik lagi ke cerita saya, ketika kenyataan yang kami terima di lokasi bahwasanya tenda organisasi itu sudah hilang. 

Partner saya ini meminta untuk beristirahat sejenak di pos 2 sembari membuat api unggun, tak lama ketika api unggun menyala, terdengar suara langkah dari atas dan sedikit canda tawa, mungkin rombongan pendaki.

Ceritanya Genderuwo

Benar saja, ada satu rombongan berisikan 4 orang yang tengah turun. Kondisi mereka kelelahan ada satu orang yang kakinya sakit, jalannya rada pincang. 

Saya mengajaknya bergabung di api unggun sembari mengobrol santai, di sela-sela obrolan saya menawarkan untuk turun bareng, mereka-pun menyetujui ajakan saya. Singkatnya kami ber-6 turun bersama

Di tengah perjalanan, pendaki yang kakinya sakit ini semakin parah, kondisinya(Mas B). Saya menawarkan bantuan untuk membawakan tas carrier yang ia bawa. 

Lalu kami kembali melanjutkan perjalanan, di pos 1 kami beristirahat sejenak sembari membuat teh hangat,nyemil, merokok dan ada yang terlelap karena kelelahan. Kami sepakat disitu selama 1 jam

Tepat jam 2 pagi, kami melanjutkan perjalanan dengan formasi partner saya di paling depan dan saya di paling belakang. 

Perjalanan terasa normal, karena kondisi tubuh rombongan tadi mulai membaik. Kawan-kawan yang pernah mendaki gunung slamet pasti tau dengan pos bayangan sebelum pos satu. 

Setelah melewati pos tersebut kita akan menghadapi tanjakan yang lumayan panjang, nah ketika disitu. Tenaga kami terkuras cukup banyak, dan yang menjadi korban adalah paha kami, karena harus menahan.

Di pos bayangan tersebut kami berisitarahat sebentar, ternyata ada satu pendaki lagi dari rombongan itu yang mengeluhkan kakinya sakit (bapak A). 

Kami sedikit berdiskusi tentang jalur pulang, mau lewat jalur lama atau baru (melewati VIEW SLAMET) dengan pertimbangan jalur yang akan dilalui dan kondisi dari rombongan ini, kami mengikuti maunya dan membantu

Keputusan, kita lewat jalur lama. Awalnya formasi sama seperti kita turun di awal, di pertengahan jalan pendaki yang kakinya sakit meminta agar berjalan lebih santai lagi. 

Karena memang kondisi kaki yang kurang memungkinkan akhirnya kami (saya dan pendaki yang kakinya sakit ini) ketinggalan di belakang. 

Tak lama ketika kami ketinggalan, terdengar teriakan dan langkah lari. Kita berdua mendengar, saya mencoba menenangkan bapak A, bahwasanya tidak terjadi apa-apa

Formasinya saya berjalan di depan dan bapak A dibelakang, beberapa langkah jalan saya berhenti, sembari nyenter ke jalan beliau, samapai beliau dekat saya baru jalan lagi, begitu seterusnya. 

Sampai di suatu titik di perjalanan tersebut, perasaan saya tidak enak dan bulu kuduk merinding, saya mencoba untuk berfikir positif dan tidak membuat suasana semakin mencekam

Ketika ada pertanyaan-pertanyaan aneh dari bapak A ini, saya berusaha melogika-kannya, bahwa gak ada hal gaib atau yang lainnya. Meski-pun selama kami jalan, saya merasa ada yang mengawasi dan mengikuti.

Ketika saya melewati jalur yang dekat sungai, dan saya me-nyenter ke sekeliling, saya melihat mata warna merah. 

Saya mencoba berfikir positif bahwa itu monyet. Singkat cerita kami sampai di basecamp, saya menceritakan apa yang saya alami dan dia alami, kami bertukar cerita. 

Ingat kejadian yang saya mendengar teriakan, ternyata partner saya ini melihat sosok genderuwo. 

Pas saya menceritakan kejadi di dekat sungai, dia membantah bahwa itu monyet, biasanya monyet itu bergerombol, kalau saya hanya melihat sepasang mata merah, dipastikan itu bukan monyet.