Jembatan Merah Gintung Purbalingga

Pemerataan infrastruktur merupakan sebuah keniscayaan yang selalu diharapkan oleh setiap elemen masyarakat, dimana mereka mampu lebih produktif lagi dalam membangun bangsa dan negara. 

Ketika saya pulang ke kampung halaman terdapat sebuah jembatan dengan desain yang cukup menawan layaknya seorang gadis sexy yang tengah menanti untuk dipinang.

Jembatan Merah Purbalingga, begitu jembatan ini dikenal. Jembatan Merah Purbalingga menghubungkan dua kecamatan; Kecamatan Karangmoncol dan Kecamatan Pengadegan. 

Jembatan ini seharusya bisa menjadi solusi konkret agar masyarakat jauh lebih produktif dikarenakan masyarakat tidak perlu jalan jauh memutar. Khususnya warga Kecamatan Pengadegan dan Karangmoncol.

Proyek Pembangunan Jembatan Merah Purbalingga

Jembatan Merah Purbalingga ini diresmikan pada tahun 2019 lalu. Pasca peresmian jembatan ini menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat Purbalingga. 

Mulai dari kaum muda hingga tua berbondong-bondong datang untuk menyaksikan secara langsung kegagahan jembatan merah ini. Daya tarik lain dari jembatan ini adalah pemandangan yang disajikan sangat indah apalagi sore hari.

Jembatan ini terletak di tempat yang cukup eksotis, menjembatani dua kecamatan yang terpisahkan oleh Kali Gintung. 

Dikala sore hari tiba, tempat ini akan ramai dikunjungi muda-mudi, pasangan, atau sekelompok pemuda berburu foto senja yang menawan kemudian diupload dengan caption pujangga kesepian ditemani secangkir kopi nikmat

Disepanjang jalan jembatan terdapat pedagang jajanan khas masa kecil dahulu. Seperti : siomay, bakso pentol, rujak, dan lain-lain. 

Ketika menuju arah kecamatan Karangmoncol teman-teman akan menemukan pom bensin mini yang tutup serta warung bambu wulung yang kondisinya sangat memprihatinkan. Rerumputan yang berhasil menang serta menguasai badan bambu, membuatnya seperti hutan kecil.

Rumah makan bambu

Tak jauh dari lokasi Jembatan Merah Purbalingga terdapat sebuah monumen. Monumen Siliwangi yang lebih akrab dengan nama Monumen Pepedan. 

Kisah heroik pasukan Siliwangi yang bertempur melawan penjajah di sawah langit pepedan. Semuanya tewas, termasuk beberapa warga yang membantu pasukan dengan memberikan logistik. Terabadikan dalam monumen tersebut.

Pada awalnya pemerintah mengharapkan agar jembatan ini bisa menjadi akses utama penghubung kedua kecamatan tadi agar masyarakat jauh lebih produktif. 

Akan tetapi, menurut Komisi Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) jembatan ini belum layak dilalui oleh kendaraan besar dan berat.

Sehingga perlu adanya perbaikan yang lebih intens lagi serta pengawalan ketat dalam prosesnya agar apa yang diharapkan bisa diwujudkan.

Dana yang digelontorkan untuk melakukan perbaikan juga tidak dalam jumlah yang sedikit. DPRD Purbalingga sudah menyetujui dana APBD 2021 sebanyak 700 juta dialokasikan guna memperbaiki jembatan merah Purbalingga.

Fakta ini tentunya menjadi suatu hal yang mengecewakan, baik bagi warga maupun pemerintah. Cita-cita awalnya belum bisa terpenuhi karena ada tangan kotor yang bermain penuh kegembiraan sementara masyarakatnya menderita. 

Saat ini kita harus bersabar agar semuanya bisa berjalan sebagaimana mestinya dan tidak kandas di tengah jalan.

Masyarakat Purbalingga memang unik, mampu memanfaatkan segala peluang apapun menjadi sebuah sumber pemasukan. 

Pedangan, hilir mudik muda-mudi, serta kelompok pemburu senja tidak mungkin berkeliaran disepanjang Jembatan Merah Purbalingga jika ia sudah bisa memenuhi takdirnya sebagai akses utama yang menghubungkan dua kecamatan.

Pom bensin mini dan warung bambu itu juga mungkin akan sangat produktif mengingat kendaraan-kendaraan yang akan melewatinya tentunya akan banyak manusia yang datang dan membutuhkan makanan untuk melanjutkan perjalanan. 

Semoga saja apa yang diharapkan lekas tercapai agar tidak memberikan harapan palsu kepada masyarakat, khususnya warga dari Kecamatan Pengadegan dan Karangmoncol.

Kondisi jembatan