Sudah genap setahun pandemi ini menyerang, banyak sekali pihak yang merasa dirugikan dengan datangnya wabah ini ke alam dunia.
Dibalik semua kesusahan yang dirasakan berbagai pihak tentu ada sisi positif yang bisa diarasakan. Salah satu contohnya adalah udara yang semakin membaik di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Namun yang lebih menyakitkanadalah ketika kami para mahasiswa tidak bisa bersua dengan keluarga tercinta dan harus melewatkan satu lebaran dikampung orang.
Hal ini hampir merata dirasakan oleh teman perjuangan saya. Rindu yang menggebu sudah tak bisa ditahan lagi karena hasrat ingin sungkeman seperti biasanya di hari raya.
Akhirnya pulang kampung!
Beberapa bulan yang lalu alhamdulillah saya bisa kembali mengunjungi kampung halaman, sebuah tempat yang ikut andil dalam perkembangan saya.
Purbalingga kampung halamanku, tempat yang selalu bikin rindu dengan berbagai macam keunikan yang tersimpan di dalamnya.
Banyak sekali agenda yang telah saya rencanakan dikampung halaman. Mulai dari bertualang ke alam bebas, mengunjungi tempat bersejarah, belajar sejarah, dan hal menarik lainnya.
Namun nahas, waktu saya dikampung tidaklah lama. Seberes saya menyelesaikan semua urusan, saya harus kembali lagi ke kota orang demi menuntaskan pendidikan.
Sesampainya saya dirumah masa kecil, segala barang bawaan dan raga ini haruslah steril.
Coba bayangkan pukul 2 pagi saya dipaksa mandi dengan air dingin khas pedesaan yang luar biasa dinginnya.
Keesokan harinya saya menemani ayah pergi kesebuh tempat alam yang memiliki manfaat untuk menghilangkan gatal-gatal.
Kali Anget Gumelem, begitu ayah saya menyebutnya. Kalau dilihat dari berbagai sumber yang terdapat di dunia maya kali anget ini juga dikenal dengan nama pancuran pingit.
Saya sangat bersemangat untuk menjelajah alam yang ada disekitar kampung halamanku itu. Perjalanan dimulai menaiki sepeda motor yang tak bisa dipacu lebih dari 100 km/jam.
Menuju kali anget Gumelem
Kami berdua bertukar cerita diperjalanan, ayah saya memacu sepeda motor dengan pelan. Mulai dari topik politik di kampung sampai sejarah.
Rindu rasanya dengan momen tersebut, momentum mendengarkan cerita ayah yang telah lama tak saya dengarkan kembali.
Perjalanan dihiasi dengan persawahan dan perbukitan yang indah berbaris layaknya pasukan pengibar bendera.
Ketika tujuan sudah mulai dekat, jalanan berubah menjadi rada curam. Jalanan khas pegunungan, dimana jalan aspal diselingi pemandangan indah dan beberapa jurang yang siap menerkam.
Sekitar 10 sampai 15 menit untuk sampai lokasi dari dimulainya jalanan menanjak, jalan yang kami lalui waktu itu tidak terlalu lebar sehingga hanya muat untuk satu kendaraan roda empat.
Jika berpapasan dengan kendaraan roda empat lainnya, maka salah satunya harus mengalah di tikungan sebelumnya. Karena, di tikungan tersebut jalanan lebih lebar dan bisa untuk bergantian.
Kali anget gumelem ini bersumber dari air pegunungan sekitar yang mengandung zat belerang.
Banyak alasan pengunjung mendatangi tempat ini, dari yang hanya sekedar menikmati indahnya pemandangan alam yang disuguhkan hingga berusaha untuk mengobati penyakit kulit yang dideritanya.
Retribusi untuk tempat ini juga masih terbilang cukup murah karena masih dikelola oleh warga sekitar.
Parkiran kendaraan pengunjung dikenai biaya Rp 2.000 untuk kendaraan roda dua dan Rp 5.000 untuk kendaraan roda empat.
Jarang sekali pengunjung menggunakan kendaraan roda empat untuk sampai kelokasi kali anget ini, mengingat akses yang masih sulit jika harus dilalui dengan kendaraan roda empat (penuh tantangan, karena jalan yang sempit dibarengi dengan jurang yang cukup dalam).
Larangan di kali anget Gumelem
Ada beberapa larangan yang harus pengunjung taati. Pengunjung tidak boleh telanjang bulat, karena ada norma masyarakat yang harus dipatuhi oleh para pengunjung.
Pengunjung tidak boleh memakai sabun dan shampo, dikarenakan aliran ini akan bermuara ke sungai yang harus dijaga betul keasriannya, jangan biarkan alam kami tercemar!
Pengunjung tidak boleh menggunakan perhiasan yang berlebih, di khawatirkan hilang.
Karena tempat ini masih dikelola warga sekitar yang notabene mencari pencaharian dari keindahan alam ini, makanya susah jika pengunjung meminta pertanggung jawaban.
Terakhir dan paling penting. Diharamkan bagi perempuan yang sedang haid mandi di pancuran kali anget.
Karena selain airnya bermuara ke sungai, tempat ini juga masih sangat menyatu dengan alam yang ditakutkan akan mengundang para mahluk halus dan beresiko terserang gangguan ghaib (karena orang jawa masih kental sekali dengan mistisnya).
Di area pancuran kali anget ini terdapat sebuah pohon besar yang dikeramatkan, jika kamu beruntung.
Kamu bisa menemui sisa-sisa hasil penyembahan atau pertapaan, saya kurang paham menggambarkan situasinya, yang jelas terdapat sesajen, rokok, kopi dan dupa.
Jika kamu tahu kegunaannya dari benda itu buat apa? silahkan mampir di kolom komentar ya.
Pohon besar terdapat sesajen |
Muara sungai kali anget |
2 Komentar
Di tunggu update selanjutnya min😀
BalasHapusNantikan petualangan-petualangan selanjutnya!
HapusBagaimana petualangannya?